Oleh : Anis Matta *
Awalnya saya rutin ngopi karena saran dokter. Dari kebiasaan ngopi itu saya membaca sejarah dan budaya kopi di seluruh dunia.
Satu yang selalu muncul, kopi sangat dekat dengan diskusi dan inspirasi. Budaya kopi diduga lahir pertama kali pada apabd ke-14 di Turki, yang kemudian menyebar ke Eropa dan Mediterania.
Di kota-kota Eropa, kafe telah menjadi tempat berkumpul para budayawan, intelektual, dan filsuf. Tak jarang ide revolusi juga lahir dari perdebatan yang hangat di kedai kopi.
Budaya kopi di Nusantara juga punya sejarah yang panjang, sejak perniagaan oleh VOC. Saya baca, tahun 1700-an kopi dari Jawa telah memenuhi Eropa. Karena itu kopi sering juga disebut Java.
Hampir semua daerah di Indonesia memiliki budaya kopi. Walaupun mungkin yang sangat terasa ada di Sumatra, Bangka-Belitung, atau Pontianak.
Kedai kopi seolah menjadi institusi sosial, bahkan “parlemen jalanan” untuk membahas isu-isu penting dalam suatu komunitas.
Saya selalu menyempatkan diri untuk mencoba kedai kopi di kota-kota yang saya datangi. Di berbagai negara dan di Tanah Air. Kadang tanpa agenda, hanya untuk menangkap “public mood”.
Sebagian besar gagasan yang kini mengkristal menjadi gagasan Partai Gelora juga dilahirkan bersama kopi. Baik saat sendiri atau dalam diskusi penuh argumentasi.
Selalu ada inspirasi menyertai setiap cangkir kopi. Juga ada cerita perjalanan yang menyertainya.
Saya bahagia melihat budaya kopi dan kedai kopi tumbuh makin subur belakangan ini. Tapi kalau boleh, ayo ngopi sambil diskusi, bukan sekadar selfie-selfie.
Diskusi tentang imajinasi masa depan Indonesia dan usaha menjadikannya kekuatan utama dunia.
Kopi bisa kita jadikan sarana diplomasi menghadapi para Great Power dunia. Baik lewat wanginya aroma arabica atau pahitnya citarasa robusta.
Selamat Hari Kopi Sedunia. Semoga petani, pedagang, seniman, dan penikmat kopi berbahagia. Selalu ada insipirasi dalam secangkir kopi. Apa kopi kesukaanmu?
Sumber : Facebook Anis Matta