Kota Jambi, Oerban.com – Ilmu psikologi memang telah lama ditemukan dan dipelajari, tetapi persoalan kesehatan mental bagi saya mulai ramai diperbincangkan nyaris 5 tahun terakhir. Hingga saat ini kita sudah populer dengan istilah ‘kesehatan mental’ berbagai tips dan saran tentang pentingnya menjaga mental ditengah kepungan realitas kehidupan yang semakin tak bisa diprediksi.
Seorang teman yang merupakan lulusan psikologi mengatakan, sakit itu ada dua bentuk, fisik dan mental. Jika seseorang sakit secara fisik, cukup diobati dengan resep dokter dan insyaAllah sembuh. Namun, beda halnya dengan sakit mental yang bentuknya beragam. Maka untuk hal tersebut, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar bahkan bisa seumur hidup.
Tapi baiklah, dari gambaran kengerian itu semua orang tidak diminta untuk mengerti semua permasalahan kesehatan mental, tidak. Kita sepatutnya hanya diminta untuk berempati kepada korban dengan permasalahan kesehatan mental. Ada banyak cara yang dapat dilakukan, salah satu cara yang saya sukai adalah dengan menonton film.
Siapa bilang nonton hanya identik untuk foya-foya, gabut, atau agar terlihat keren saja (kecuali memang niatnya demikian). Maklum saja, di kota yang kurang ramah literasi, akses buku terbatas, harga buku mahal, dan budaya kita yang masih jauh dari literat ini membuat film menjadi sebuah tawaran alternatif, hitung-hitung dapat dijadikan instagram story dan menjadikan bahan diskusi beberapa saat, kemudian, ya, hilang pada diri kita masing-masing.
Salah satu film yang banyak diperbincangkan di awal Februari ini adalah film remaja berjudul Ku Kira Kau Rumah yang di sutradarai oleh Umay Sahab, film pertamanya ini ramai diperbincangkan karena rilis diwaktu yang hampir berdekatan dengan hari Valentine dan mengangkat persoalan kesehatan mental.
Tentang film Ku Kira Kau Rumah
Film ini mengangkat persoalan kesehatan mental yang merupakan alihwahana dari lagu Amigdala dengan judul yang sama. Dibintangi oleh Prilly Latuconsina sebagai Niskala, seorang anak bipolar yang dikekang untuk tidak kuliah dan memiliki teman oleh ayahnya. Jourdy Pranata sebagai Pram, anak kesepian yang telah ditinggal oleh ayahnya. Selain itu juga Shenina Cinnamon, dan Raim Laode sebagai teman dekat Niskala serta beberapa aktor dan aktris lain.
Pertemuan antara Pram dan Niskala membuat kedekatan keduanya dan membuka permasalahan baru. Niskala yang menyanyi bersama Pram di kafe membuat teman Niskala merasa ia menjadi sosok yang berubah. Sering bolos kuliah dan tidak jujur. Niskala yang bipolar, suka kerapian, dan memiliki emosional yang berlebihan membuat teman-teman dan ibunya khawatir.
Di sisi lain, Niskala merasa apa yang ia sukai tidak didukung. Secara psikologis, Niskala ingin dimengerti, ingin disupport, dan tidak dipandang berbeda dengan anak yang lain. Film ini memberikan kita pesan, bahwa orang-orang dengan permasalahan mental juga ingin diterima di tengah sosial masyarakat tanpa dipandang berbeda.
Meski dikemas dengan dengan isu kesehatan mental, namun, banyak hal membuat film ini dinilai kurang memuaskan. Pertama, pertanyaan kenapa ayah Niskala melarang dia untuk tidak kuliah, dan bersosial. Kedua, ayah Pram yang meninggalkannya yang menimbulkan pertanyaan. Ketiga, kehadiran ibu Pram di akhir scene. Eksekusi akhir cerita yang membingungkan juga termasuk hal yang disesalkan. Bagi para pemerhati film, cerita ini belum komprehensif membahas permasalahan mental, akan tetapi hanya permukaan dan lebih banyak menghadirkan kisah cinta anak muda yang biasa.
Dibalik Ku Kira Kau Rumah
Hal mengejutkan dibalik film ini barangkali cerita dibalik lagu yang dijadikan alihwahana. Beberapa waktu lalu, Aya Canina, mantan vokalis Amigdala menulis di instagram storynya tentang ceritanya yang menjadi seorang penyintas kekerasan dalam pacaran (KDP) yang dilakukan oleh mantan pacarnya, tak lain ialah vokalis 2 di Amigdala, rekan kerjanya. Kejadian itu berjalan selama 3,5 tahun.
“Ya. Saya keluar dari Amigdala karena saya mengalami kekerasan dalam pacaran selama rentang waktu 3,5 tahun itu. Dan itu sangat mempengaruhi mental saya.
Siapa pacar waktu itu?
Vokal 2 sekaligus lead gitar. Orang yang selalu bernyanyi bersama saya.”
Tentang permasalahan KDP ini, Aya pernah menulis sebuah artikel kekerasan dalam pacaran yang cukup panjang dan meraih juara 2. Meskipun tidak menjelaskan secara detail, artikel berjudul Pacaran Toksik; Ada yang Hilang dan Kita Tidak Tahu itu yang diterbitkan di konde.co. Saat ditanya mengenai mengenai film yang diadaptasi dari lagu Amigdala yang secara keseluruhan liriknya ditulis oleh Aya, ia menjawab dengan cukup bijak.
“Sebelum aku cabut dan masih stay di Bandung tahun 2019, aku sudah jumpa Umay Shahab, membicarakan keinginannya untuk membuat film ini. Jadi filmnya tidak salah, yang salah Pinokio pandai berbohong tapi tetap saja imut. Film Ku Kira Kau Rumah karya Umay adalah proses alih wahana lagu yang patut diapresiasi.
Kemaren aku tidak datang Gala Premier karena undangan yang datang untuk band. Aku bukan lagi bagian dari band. Dan lagipula, hari itu aku sibuk menghitung hari kapan demam mamaku turun. Rumah lebih penting.”
Banyak yang berempati dengan Aya atas permasalahan tersebut, bahkan hingga saat ini ia belum berani untuk menyampaikan bentuk kekerasan dalam pacaran yang ia alami. Cerita dibalik lagu ini, mengukuhkan maksud lirik yang dalam dengan kenyataan pahit dibaliknya. Sebagai permulaan film yang mengangkat isu tentang permasalahan mental, film ini pperlu mendapat apresiasi agar penggarapan selanjutnya dapat lebih baik.
Editor : Renilda Pratiwi Yolandini