email : [email protected]

29.9 C
Jambi City
Senin, Juli 1, 2024
- Advertisement -

Matikan Budaya Patriarki, Perempuan Bukan untuk Ditindas!

Populer

Oleh: Aulia Tri Rizky*

Oerban.com – Selama berabad-abad, budaya patriarki telah membelenggu masyarakat di seluruh Indonesia, menindas perempuan, dan menghambat kemajuan. Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki pada posisi superioritas dan perempuan pada posisi yang kurang berdaya.

Hal ini tidak hanya terjadi di lingkungan keluarga, tetapi di lingkungan kerja bahkan hingga ranah publik. Perempuan sering kali dipandang lebih rendah dan kurang mampu dibandingkan dengan laki-laki. Inilah yang membuat perempuan sulit untuk terus berkembang.

Dalam kehidupan keluarga, patriarki menempatkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang memiliki kontrol penuh atas keputusan dan sumber daya keluarga. Perempuan sering kali diharapkan untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak, serta menempatkan karir dan ambisi pribadi mereka di belakang kepentingan keluarga. Pembagian peran yang tidak adil ini membatasi perempuan dalam mencapai potensi penuh mereka dan sering kali mengakibatkan beban ganda bagi perempuan yang bekerja dan juga mengurus rumah tangga.

Patriarki juga berdampak pada kesehatan perempuan, baik fisik maupun mental. Norma-norma gender yang kaku dapat menghalangi perempuan untuk mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan atau membuat keputusan yang penting bagi kesehatan mereka.

Budaya patriarki juga mempromosikan kekerasan berbasis gender. Dalam banyak kasus, norma-norma patriarkial mendukung dominasi dan kontrol laki-laki atas perempuan, yang sering kali mengarah pada kekerasan fisik, emosional, dan seksual.

Kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan perdagangan manusia adalah beberapa bentuk kekerasan yang sering kali dipicu oleh ketidaksetaraan gender dan dinamika kekuasaan yang tidak seimbang.

Dikutip dari kompas.id laporan Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) yang tiap tahunnya merilis Catatan Tahunan (Catahu), total pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan pada 2023 mencapai 4.374 kasus. Jumlah ini bertambah tiga kasus dari tahun sebelumnya (4.371 kasus).

Baca juga  Bagaimana Seorang Muslim Menyikapi Rasa Insecure

Berbagai bentuk kekerasan pada perempuan masih didominasi pada kekerasan seksual sebanyak 2.363 kasus atau 34,8 persen dari total kasus. Lainnya, kekerasan psikis (28,5 persen), kekerasan fisik (27,2 persen), dan kekerasan ekonomi (9,5 persen).

Di ranah personal, Kekerasan terhadap Istri (KTI) tercatat 674 kasus di Komnas Perempuan dan 1.573 kasus seturut laporan dari lembaga layanan lainnya. Patriarki menciptakan lingkungan di mana kekerasan terhadap perempuan dapat diabaikan atau tidak dianggap serius oleh masyarakat dan sistem hukum yang mengakibatkan perempuan selalu berada pada titik
lemah.

Pendidikan juga merupakan area di mana patriarki dapat mempengaruhi peluang perempuan. Di banyak masyarakat, perempuan memiliki akses yang lebih terbatas ke pendidikan tinggi dan pelatihan profesional, yang dapat membatasi peluang karier dan pengembangan pribadi mereka. Meskipun ada kemajuan dalam meningkatkan akses pendidikan bagi perempuan di banyak negara, masih terdapat kesenjangan dalam kualitas dan hasil pendidikan antara laki-laki dan perempuan.

Oleh karena itu, Pendidikan memainkan peran penting dalam memerangi budaya patriarki. Kurikulum dan metode pengajaran harus diubah untuk mencerminkan nilai-nilai kesetaraan gender. Pendidikan gender harus dimasukkan dalam program sekolah sejak dini untuk membentuk pandangan yang lebih inklusif dan adil. Dengan memberikan pemahaman yang benar tentang kesetaraan, kita dapat membentuk generasi yang lebih menghargai dan menghormati satu sama lain.

Peran media juga tidak bisa diabaikan. Media mempunyai kekuatan besar dalam membentuk opini publik dan norma sosial. Representasi perempuan yang seringkali hanya sebagai objek seksual atau peran-peran domestik harus dihentikan. Media harus lebih bertanggung jawab dalam menyajikan konten yang mendukung kesetaraan dan menghormati hak-hak perempuan.

Selanjutnya, kebijakan publik yang mendukung kesetaraan gender harus ditegakkan dengan tegas. Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang adil dan setara. Undang-undang yang melarang diskriminasi gender, mendukung cuti hamil dan kebijakan kerja fleksibel, serta program pemberdayaan perempuan harus diprioritaskan. Kebijakan semacam ini tidak hanya menguntungkan perempuan, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.

Baca juga  Posko Pengaduan Lindungi Korban Kekerasan Seksual

Partisipasi laki-laki dalam perjuangan melawan patriarki juga sangat penting. Laki-laki harus diajak untuk memahami bahwa kesetaraan gender bukan ancaman, tetapi sesuatu yang akan memperbaiki kualitas hidup semua orang. Laki-laki dapat berperan sebagai sekutu dengan menentang kekerasan berbasis gender, mendukung perempuan, dan berbicara tentang pentingnya kesetaraan dalam lingkup sosial mereka.

Selain itu, peran komunitas lokal dan organisasi non-pemerintah juga berpengaruh dalam mengatasi patriarki. Mereka dapat menyediakan platform bagi perempuan untuk bersuara, mendukung inisiatif kesetaraan gender, dan memberikan bantuan kepada korban kekerasan berbasis gender. Kerjasama antara pemerintah, organisasi, dan masyarakat luas akan mempercepat proses menuju kesetaraan yang sebenarnya.

Secara individu, kita juga harus introspeksi dan mengubah perilaku serta sikap yang mendukung patriarki. Menghargai setiap individu berdasarkan kemampuannya dan bukan gendernya, mengedukasi diri tentang isu-isu kesetaraan, dan menentang ketidakadilan gender dalam kehidupan sehari-hari adalah langkah-langkah kecil yang bisa membawa perubahan besar.

Pada akhirnya, mematikan budaya patriarki bukanlah tugas yang mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Dengan upaya kolektif dan kesadaran yang terus meningkat, kita bisa menciptakan dunia yang lebih adil dan setara. Mengakhiri patriarki bukan hanya tentang membebaskan perempuan dari ketidakadilan, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang lebih baik bagi semua.

*penulis merupakan mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta. 

- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru