Bagaimana menjawab Ide dasar Liberasi di atas
Pertama, Sejarah memang membuktikan bahwa Terminologi Kafir telah banyak di salah artikan dalam mengelola hubungan manusia dengan Tuhan, dimana Tuhan dipersepsikan sebagai hal yang menakutkan. Namun, pembunuhan antar ummat beragama sebagai perwujudan ketakwaan itu dilandaskan pada kesyakwasangkaan manusia belaka. Karena Takwa juga mengandung arti Fascinosum atau menarik hati, Ketakwaan itu harus di pahami sebagai fitrah manusia yang mengingatkan perjanjian sukarela manusia dan Tuhan sebelum di turunkan ke muka bumi, Tuhan yang Menyenangkan yang maha pemurah yang bersedia memberikan kita kehidupan di muka bumi ini untuk kita kelola dengan baik tanpa harus berlomba-lomba membunuhi ummat lainnya untuk “cari muka” kepada Tuhan. Kembalilah ke fitrah, itu nature penciptaan kita. Meributkan terminologi Kafir, berarti pemahaman kita masih berkutat pada Tuhan yang menakutkan.
Kedua, Benar bahwa konsep negara Madinah adalah kota modern yang egaliter dan menghargai persamaan,dan ada persamaan antara piagam Madinah dengan UUD 45 tentang liberation atu kebebasan. Akan tetapi harus di pahami bahwa Madinah sendri ( Jika kita ingin mengacu pada tatanan masyaraka Madinah) berasal dari kata Din atau Dien yang memiliki pengertian kepatuhan atau ketaatan yang erat kaitannya dengan agama itu sendiri. Oleh karena nya Agama sangat berhubungan dengan sikap ketaatan atau penerimaan tanpa pembangkangan, mengadopsi konsep negara atau masyarakat Madinah berarti harus siap juga menerima konsep menjalankan tatanan bernegara dengan basis fundamental agama. Jangan mengambil sebagian agama kemudian membuang sebagian agama yang lain, karena tidak sesuai dengan nafsu kita. Pertanyaannya, apakah kemudian Indonesia mau menjadi negara Islam seperti Madinah dan dengannya kita bias menghilangkan perdebatan kafir dan bukan kafir?.
Penutup
Dalam Tulisan di atas, penulis ingin memperlihatkan betapa mudahnya anda bisa berada di posisi liberal atau tidak. Cukup dengan sedikit twist otak anda dan merujuk banyak buku dan sumber bacaan yang beragam , anda bisa memutar balikan fakta, termasuk yang jelas di doktrinkan oleh Tuhan sekalipun.
Pertanyaannya, perlukah Tuhan di ajarkan Toleransi?. Rasanya sih tidak, mungkin otak kita yang belum sampai terhadap nalar Tuhan, terhadap apa yang dikehendakiNya. Seperti kata pepatah, Just Follow Your Heart Youll be find. Wallohu’alam
* Penulis adalah Anggota KA KAMMI Jambi, Tinggal di New Zealand