Belitung, Oerban.com – Kiprah Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan (DPM/DPA) Kementerian Pertanian (Kementan) terhadap pembangunan pertanian semakin terlhat nyata. Salah satunya, kiprah yang diperlihatkan Candra, DPM asal Bangka Belitung.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yakin hadirnya DPM/DPA dapat menjadi pengungkit regenerasi petani yang adaptif teknologi serta mewujudkan target 2.5 juta pengusaha pertanian mendukung ketahanan pangan nasional.
“Mereka harus menjadi champion, melakukan trigger serta resonansi kepada petani milenial di daerahnya, ” tutur Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
Sementara hal senada juga diutarakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, bahwa Generasi milenial menjadi bonus demografi Indonesia yang terus diberdayakan, salah satunya dalam sektor pertanian.
“DPM/DPA harus menjadi motor penggerak petani-petani milenial di daerah,” katanya.
DPM dan DPA memiliki bidang usaha yang sangat bervariasi seperti budidaya hortikultura, budidaya tanaman pangan, budidaya ternak, pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan, jasa alat mesin pertanian hingga agroeduwisata.
Salah satu kawawan agroeduwisata hasil besutan DPM/DPA Kementan adalah Rimba Alam Bahagia yang merupakan sebuah destinasi digital di Desa Kacang Butor,Kecamatan Badau Belitung.
Ditangan Candra, salah seorang DPM asal Babel, agroeduwisara ini menghadirkan Belitung food cluster ketahanan pangan untuk Indonesia serta pasar digital rimba alam bahagia yang didampingi dengan keindahan alam asri hutan belitung, jauh dari polusi dan udara kota.
Dalam kunjungan kerjanya di Desa Kacang Butor, Kecamatan Badau, Provinsi Bangka Belitung, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi melihat langsung perkembangan usaha DPM yang sukses mengembangkan usaha tanaman organik di Bangka Belitung.
“Petani milenial terlebih DPM/DPA harus jeli melihat peluang dan mengembangkan peluang tersebut sesuai dengan karakter dan potensinya masing-masing. Seperti Candra, pada akhirnya usaha pertanian tidak hanya menguntungkan dari aspek usaha, melainkan juga untuk ketahanan pangan, lingkungan serta orang-orang di sekitar kita. Usaha pertanian yang baik tak hanya memikirkan keuntungan saat ini, tetapi juga memikirkan keberlangsungannya di masa depan. Dan Candra telah melaksanakan itu semua,” ungkapnya bangga.
Candra menjelaskan bahwa usahanya berawal dari kepedulian terhadap pangan yang sehat. Komoditas yang dikembangkan pun beragam, dari talas Belitung yang menjadi unggulannya hingga labu, lemon, serta buah-buah lokal lainnya.
“Saya berpikir bagaimana cara supaya masyarakat mendapatkan sayur yang sehat, karena di pasaran disini sayur organik sangat sulit, bahkan tidak ada,” katanya.
Diawali dengan kepedulian dan setelah melihat potensi pasar yang ada, Candra memulai usahanya dengan membangun 2 greenhouse yang berukuran 15 x 30 m yang pada saat ini telah berkembang menjadi 8 greenhouse.
Memiliki latar belakang pendidikan sebagai seorang guru ia pun berupaya mendorong usahanya agar terintegrasi dengan wisata pembelajaran pertanian khususnya untuk para pelajar sekolah.
“Saya bersyukur saat ini, Rimba Alam Bahagia telah menjadi sebuah kawasan ekowisata pertanian dan pembelajaran yang terintegrasi dengan total luas lahan 32 ha. Kedepan saya akan terus berupaya mengembangkan rumah-rumah pendidikan pelatihan (diklat) untuk menunjang pengetahuan pelajar dan masyarakat terhadap pertanian,” katanya.
“Terlebih, pada saat ini Rimba Alam Bahagia telah menjalin kerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanain Kabupaten Belitung, sehingga ia semakin optimis dapat menggerakkan petani milenial di daerahnya untuk tidak putus asa dan terus berinovasi di dunia pertanian,” ungkapnya optimis.
Penulis : Nurlaily