Kabul, Oerban.com – Dewan cendekiawan akan menentukan peran perempuan di Afghanistan, kata seorang pemimpin senior Taliban. Para ulama akan memutuskan bagaimana perempuan harus berpakaian dan apakah mereka memiliki hak untuk bekerja dan pendidikan antara lain.
“Ulama kami akan memutuskan apakah anak perempuan diizinkan pergi ke sekolah atau tidak,” kata Waheedullah Hashimi, yang memiliki akses ke pengambilan keputusan kelompok tersebut, kepada Reuters.
“Mereka akan memutuskan apakah perempuan harus mengenakan jilbab, cadar, atau hanya kerudung plus abaya atau tidak. Itu terserah mereka.”
Pada hari Selasa lalu, juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan pada konferensi pers di Kabul bahwa perempuan akan diizinkan untuk bekerja dan belajar dan aktif dalam masyarakat tetapi dalam kerangka nilai-nilai Islam.
Selama pemerintahan 1996-2001 Taliban melarang perempuan bekerja diluar. Anak perempuan tidak diizinkan pergi ke sekolah dan perempuan harus memakai cadar untuk pergi keluar, dan hanya jika ditemani oleh kerabat laki-laki.
Mereka yang melanggar aturan terkadang mengalami penghinaan dan pemukulan di depan umum oleh polisi agama Taliban.
Para pemimpin Barat mengatakan mereka akan menilai Taliban baru dengan tindakan mereka, termasuk bagaimana mereka memperlakukan anak perempuan dan perempuan.
“Kami akan menilai rezim ini berdasarkan pilihan yang dibuatnya, pada sikapnya terhadap terorisme, kejahatan dan narkotika, serta akses kemanusiaan, dan hak anak perempuan untuk menerima pendidikan, ” Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada hari Rabu.
“Orang-orang di Afghanistan 99,99% adalah Muslim dan mereka percaya pada Islam,” kata Hashimi. “Ketika Anda percaya pada hukum, pasti Anda harus menerapkan hukum itu. Kami memiliki dewan, dewan Ulama yang sangat terkemuka. Mereka akan memutuskan apa yang harus dilakukan.”
Meskipun gelombang penyangkalan di Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir tinggi, Hashimi mengatakan bahkan Taliban tidak menyangka akan memasuki Kabul secepat ini. Namun kekacauan terjadi di ibu kota setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara itu, katanya.
“Oleh karena itu pimpinan kami memerintahkan Taliban kami ke kota Kabul. Tidak ada yang melawan. Tidak ada sama sekali. Jadi kami masuk dan semuanya dikosongkan. Jadi kami menduduki dan sekarang kami menguasai kota Kabul.”
Sumber : Daily Sabah