Kota Jambi, Oerban.com – Sahabat, dalam kehidupan sehari-hari ada banyak anjuran dan larangan yang telah Nabi Muhammad Saw ajarkan kepada kita melalui hadis-hadisnya. Berbagai anjuran dan larangan tersebut ternyata juga memiliki penjelasan ilmiah pendukung loh.
Sebagai seorang muslim, penting bagi kita untuk mengetahui dan mengamalkan apa-apa saja yang diajarkan oleh nabi serta menjauhi hal-hal yang ia larang. Selain beribadah dan bertakwa kepada Allah, kita juga perlu meneladani sikap Rasulullah dalam menjalankan kehidupan dunia untuk mendapatkan berkah dan keridhoan-Nya.
Jika kamu sering mendengar larangan minum atau makan sambal berdiri, itu berasal dari sebuah hadis. Nabi Muhammad Saw bersabda, yang artinya “Jangan kalian minum sambil berdiri! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan” (HR. Muslim). Selain itu, dari Anas dan Qatadah Ra, Rasulullah bersabda yang artinya, “sesungguhnya aku melarang seseorang minum sambil berdiri.” Qatadah berkata, “bagaimana dengan makan?” beliau menjawab, “itu lebih buruk lagi”. (HR. Muslim dan At-Tirmidzi). Dua hadis tersebut menjelaskan betapa pentingnya makan dan minum tidak dalam keadaan berdiri.
Selain bentuk etika sopan santun, ternyata larangan makan dan minum sambil berdiri memiliki alasan ilmiah. Dikutip dari buku Cerita-Cerita Sains Terbaik dari Hadis Nabi dijelaskan bahwa dalam tubuh manusia terdapat suatu jaringan penyaring (filter) yang disebut sfringer, berupa struktur maskuler (berotot) yang dapat membuka (sehingga air kemih dapat lewat) dan menutup kembali. Ginjal memiliki “pos-pos” tersebut.
Sfringer ini akan terbuka saat kita duduk dan menutup saat kita berdiri. Karena itu, air yang diminum pada saat berdiri, akan alngsung masuk ke kantong kemih tanpa melalui proses penyaringan dan berakibat pada pengendapan di saluran ureter. Hal ini dapat memicu gangguan pada ginjal. Maka sebainya, pada posisi duduk, sfringer akan terbuka dan memproses lebih dulu sebelum disalurkan ke berbagai organ lainnya. Kemudian diolah lagi hingga air masuk ke kantong kemih.
Editor : Renilda Pratiwi Yolandini