Pseko atau Pusako merupakan warisan turun temurun nenek moyang, baik berupa harta benda material maupun benda lainnya. Bahkan, benda pseko seringkali dianggap memiliki kekeramatan tersendiri yang memberikan makna serta perlambangan tentang kondisi serta memberikan nilai budaya dan adat di sebuah negeri.
Tepatnya pada Rabu 8 Februari 2023, Desa Batu Penyambung, Bathin VIII, Sarolangun mengadakan perhelatan “Penurunan Pseko” yang di dalamnya termasuk seremoni penganugerahan serta pelantikan Rio secara adat yang dilakukan oleh lembaga adat dan disaksikan oleh semua masyarakat.
Rio adalah sebutan masa dulu bagi pemimpin di sebuah kampung. Asumsinya, Rio secara struktural disetarakan dengan kepala desa untuk masa kini. Penujukan Rio dilakukan oleh ninik mamak secara musyawarah, dan periodesasinya tergantung pada keadaan, kesanggupan dan situasi kampung yang bersangkutan. Jika dipandang kondisi di kampung itu aman, kondusif, dan segala persoalan bisa terselesaikan dengan baik, maka periode jabatan Rio menjadi tak terbatas, bahkan bisa belasan tahun.
Kedudukan Rio memang sangat disegani, bukan hanya soal posisinya secara struktural, namun juga dari dari perspektif adat, keturunan dan tak jarang juga dari kemapanan ekonomi. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat kedudukan Rio yang tanpa gaji itu, betul-betul menjadi pelayan rakyat, mengayomi serta penegak aturan hukum adat.
Perhelatan penurunan pseko biasanya serangkai dengan pergantian Rio, mengingat pseko akan dipindahkan ke tempat yang baru. Karena pseko itu berada di rumah Rio terpilih. Maka, di sini lah timbul nilai yang ‘dianggap’ sakral, di mana pseko bisa memberi kode tentang kondisi kepemimpinan Rio sebelumnya. Misalnya, jika kain selendang pseko itu robek, bisa jadi melambangkan ketidakberesan kepemimpinan sebelumnya.
Di desa Batu Penyambung, ada beberapa pseko yang masih tersimpan. Ada rambut yang panjangnya tujuh hasta, kain selendang tujuh meter, keris yang hukumnya dari teras pohon salak, pinggan seperti mangkok yang katanya bisa menanggalkan racun, baju rompi, serta senjata tombak dan tinan padi yang sudah seperti batu, yang diyakini bisa melawan hama di saat berladang dan piagam yang berisikan tulisan yang berhuruf Arab dengan Bahasa Melayu. Surat piagam ini tersimpan di dalam tabung yang terbuat dari pohon bambu.
Semua benda pseko ini diperagakan saat pelantikan Rio dan penganugerahan gelar adat. Untuk di desa Batu Penyambung, gelar diberikan adalah Rio Pamuncak Sakti Nantuo. Gelar ini timbul di sebuah hikayat sejarah di mana asal mula Kampung Batu Penyambung terdiri dari tiga Rio yang memimpin secara berurutan, Rio Pamuncak Sakti Nantuo, Rio Pamuncak Kertocano.
Ada banyak hal yang patut untuk diteliti dalam perhelatan penurunan pseko ini, baik dari sakralisasi acaranya, umur benda pseko yang sejak abad berapa benda itu dibuat, serta surat yang penutup tulisannya tampak seperti wafak dan azimat serta gambar bentuk stempel di bawahnya bertuliskan Cap Qadi. Adakah surat “sakti” ini bagian dari sejarah masuknya Islam di daerah Bathin VIII, mengingat di desa lain disekitarnya, tidak ada pseko yang bentuk surat tulisan.
Sekilas, dalam bacaan saya, isi surat pseko itu tentang hukum adat yang sama dengan hukum Islam. Serta berkaitan dengan adanya hubungan ketemanggungan dan Para Patih yang juga menyebutkan Sulthan Jambi dan Pagaruyung. Surat itu menurut kabar yang tertera dalam tulisannyavhanya ada di tiga tempat, di Batu Penyambung, Waham dan Pagaruyung. Tulisan yang berhuruf Arab dengan Bahasa Melayu dan bertuliskan nama para malaikat di samping kiri dan kanannya jela menggambarkan keyakinan Islam.
Akankah surat pseko ini membuka lembaran sejarah yang masih tersembunyi? Dan disebutkan juga dalam dalam hikayatnya, bahwa desa Rio pertama Batu Penyambung itu bernama Sayyid Abdullah. Jangan-jangan ada hubungannya dengan Hamad Barus dari Turki yang menikah dengan Putri Selaras Pinang Masak dan memiliki anak Orang Kayo Hitam yang dianggap penyebar Islam di tanah Melayu Jambi..
Semoga surat dan pseko ini dapat membuka misteri masa lalu sejarah, amin.
Hermanto Harun, Ph.D
Dosen Pascasarjana UIN Jambi & Putra Batu Penyabung