Oleh : Hersubeno Arief
Polda Metro Jaya melarang relawan #2019GantiPresiden melakukan kegiatan di arena car free day. Langkah yang sama juga diambil oleh polisi di beberapa kota besar di Indonesia. Alasan mereka, kegiatan car free day tidak boleh digunakan untuk kegiatan yang bersifat SARA, dan politik.
Larangan tersebut muncul bersamaan dengan rencana Deklarasi Relawan #2019GantiPresiden yang akan digelar di Taman Aspirasi Monas, Ahad pagi (6/5). Lokasinya tak jauh dari kawasan car free day di sepanjang jalan MH Thamrin dan Sudirman, Jakarta.
Apapun alasan yang disampaikan polisi, pesan yang sampai kepada publik sangat berbeda. Ada kepanikan di kubu pemerintah. Kegiatan yang semula dianggap sekedar main-main, diremehkan, atau dalam bahasa Presiden Jokowi “Masak kaos sampai bisa ganti Presiden,” telah menjadi gerakan yang mengkhawatirkan, bahkan sangat menakutkan.
Polisi sekali lagi menunjukkan jati dirinya sebagai alat kekuasaan yang tidak imparsial. Berpihak pada satu golongan. Seharusnya polisi bisa lebih rileks, dan tidak perlu melakukan tindakan represif. Kalau Presiden Jokowi saja “santai,” mengapa polisi harus tegang?
Belajar dari kasus Aksi Bela Islam (ABI) 212, gerakan semacam ini semakin dilarang, akan semakin membesar. Publik akan semakin simpati, dan jatuh hati. Polisi harusnya belajar dari bintang basket terkenal Michael Jordan “enjoy this game.”