email : oerban.com@gmail.com

27 C
Jambi City
Sunday, June 15, 2025
- Advertisement -

Proyek JBC Picu Banjir, Revitalisasi Infrastruktur Jadi Solusi Pemkot

Populer

Oleh: Vonny Fardila*

Oerban.com – Tata kelola keseimbangan kota di Kota Jambi berkaitan dengan inisiatif pemerintah daerah untuk mengelola ruang kota secara sistematis dan berkelanjutan, yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara pembangunan fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Hal ini diatur oleh peraturan terbaru yaitu Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 5 Tahun 2024 Perda ini menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Jambi untuk tahun 2024-2044, yang berfungsi sebagai landasan legislatif untuk pengaturan pemanfaatan ruang, pembangunan infrastruktur, dan pengelolaan sumber daya alam di dalam kota. Naskah ini membahas zonasi wilayah, kawasan lindung, kawasan budidaya, dan konsep-konsep keberlanjutan dalam pembangunan perkotaan.

Wilayah yang saat ini dikenal sebagai Jambi Bussines Center (JBC) dulunya merupakan zona lahan sempadan sungai yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekologi dan mengatur sistem drainase alami kota. Wilayah ini berfungsi sebagai daerah resapan air, memfasilitasi penyerapan air hujan ke dalam tanah sebelum dibuang ke sungai dan laut. Namun demikian, pembangunan JBC telah mengubah wilayah tersebut menjadi wilayah yang didominasi oleh struktur beton dan aspal, sehingga menghambat proses penetrasi air secara alami.

Baca juga  Banjir Bandang di Afghanistan, 31 Tewas dan Puluhan Warga Hilang

Pembangunan JBC secara signifikan memberikan kontribusi terhadap peningkatan potensi pertumbuhan ekonomi di Kota Jambi. Dengan pusat-pusat komersial yang canggih dan fasilitas konvensi, JBC memiliki potensi untuk berkembang menjadi pusat bisnis yang menghubungkan Jambi dengan daerah lain dan pasar internasional. Kegiatan ekonomi, termasuk perdagangan, industri kreatif, dan sektor jasa, akan berkembang pesat, menciptakan lapangan kerja bagi penduduk lokal dan menambah pendapatan asli daerah (PAD).

Meskipun bertujuan untuk meningkatkan perekonomian melalui pembangunan kompleks perbelanjaan dan zona komersial, hal ini telah mengganggu integritas ekologi lahan. Praktik ini telah mengakibatkan berkurangnya ruang terbuka hijau dan resapan air, sehingga meningkatkan berkontribusi meningkatkan risiko bahaya banjir di sekitarnya.

Di kutip dari vidio keluhan masyarakat Kota Jambi melalui laman TikTok dottcom.id  23/2/2023 “dampak dari pembangunan Jambi Bussines Center terjadinya kebanjiran yang terus-menerus ketika hujan di RT 9, 10, dan 11 Kelurahan Simpang 4 Sipin…”

Baca juga  Puluhan Relawan ACT Jambi Gelar Aksi Solidaritas Banjir Bandang Malang Jatim

Terlampir beberapa scene vidio yang di ambil oleh warga kelurahan Simpang 4 Sipin terlihat bahwa saat hujan deras tiba, rumah warga langsung dihujam oleh air deras mengalir yang diperkirakan dari kawasan JBC (Jambi Bussiness Center).

Pembangunan JBC di Kota Jambi merupakan langkah besar dalam meningkatkan perekonomian kota, namun dampaknya terhadap keseimbangan ekologis perlu menjadi perhatian serius.

Mengembalikan fungsi lahan JBC sebagai keseimbangan ekologis melalui ruang terbuka hijau, sistem drainase yang ramah lingkungan, dan prinsip pembangunan berkelanjutan akan menjadi kunci untuk menciptakan Kota Jambi yang lebih baik dan berkelanjutan. Dengan perencanaan yang matang dan pelibatan semua pihak, JBC tidak hanya akan menjadi pusat bisnis, tetapi juga contoh keberhasilan pembangunan yang ramah lingkungan.

Baca juga  Gubernur Jambi Al Haris Imbau Warga Waspada Banjir Akibat Curah Hujan Tinggi

Salah satu cara untuk mengembalikan fungsi ekologis lahan JBC adalah dengan mengintegrasikan ruang terbuka hijau (RTH) dalam perencanaan pembangunan. Setiap bangunan, pusat perbelanjaan, atau fasilitas lainnya harus memiliki area terbuka yang cukup untuk menanam pohon, taman, dan menyediakan tempat resapan air. Banjir juga disebabkan oleh kurangnya resapan air yang mendukung maka perlu adanya pembangunan sistem drainase yang ramah lingkungan, seperti pengolahan air hujan atau green infrastructure, perlu diterapkan di kawasan JBC.

Misalnya, menggunakan bioswale atau bioretention systems yang berfungsi untuk menampung air hujan dan menyaring polutan sebelum air mengalir ke saluran pembuangan. Sistem ini tidak hanya mengurangi risiko banjir, tetapi juga membantu menjaga kualitas air yang mengalir ke sungai dan mengurangi pencemaran lingkungan.

Baca juga  Kalsel Dilanda Banjir, PKS Minta Pemerintah Perbaiki Manajemen Bencana

Dan juga pemerintah kota perlu melakukan rehabilitasi terhadap kawasan sungai dan sempadan yang terdampak oleh pembangunan JBC. Pengembalian fungsi lahan sempadan sebagai zona resapan air sangat penting untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai dan mengurangi risiko bencana banjir. Aktivitas penghijauan di sepanjang sungai, seperti penanaman pohon bakau di area pesisir atau pohon penahan erosi di kawasan sempadan, dapat membantu meningkatkan kapasitas resapan air dan memperbaiki kualitas tanah di kawasan tersebut.

*Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Pemerintahan UNJA. 

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru