Penulis: Novita Sari
Sahabat, dalam sehari-hari kita pasti mengenal istilah ‘sibuk’ dan ‘produktif’. Sering-kali kita menyimpulkan sibuk dan produktif adalah dua hal serupa. Anggapan selama ini: kita sibuk, maka kita produktif. Namun sejatinya, makna sibuk dan produktif justru sangat kontras.
Perbedaan mendasarnya, produktif bicara tentang fokus terhadap suatu tujuan, sedangkan sibuk bicara tentang seberapa banyak pekerjaan yang dilakukan atau dikerjakan. Seseorang yang produktif memiliki goal atau tujuan bermakna dan spesifik yang hendak dicapai sebagai output dari pekerjaannya, sehingga dengan demikian ia hanya fokus kepada aktivitas-aktivitas yang membawanya mencapai tujuan tersebut. Aktivitas-aktivitas inilah yang akan menjadi prioritasnya yang akan diupayakan secara konsisten. Seseorang yang produktif juga memiliki perencanaan tahap demi tahap yang detail dan matang. Ia baru akan berpindah ke tahap berikutnya setelah tahap sebelumnya tercapai. Selain itu, orang yang produktif juga memiliki pemetaan yang bijak dalam arah kerjanya karena juga mementingkan waktu istirahat dan kesehatan.
Sedangkan orang yang dikatakan ‘sibuk’ akan mengesampingkan fokus terhadap suatu tujuan dan bergelut dengan banyak pekerjaan sekaligus di waktu bersamaan alias multitasking. Motif bekerja orang yang ‘sibuk’ ini biasanya didasari karena tuntutan pekerjaan dan keharusan bertanggungjawab terhadap pekerjaan.
Apakah Sahabat tahu bahwa ternyata hasil pekerjaan orang yang produktif dan orang yang sibuk memiliki perbedaan signifikan? Hasil pekerjaan orang yang produktif terbukti lebih berkualitas karena dikerjakan dengan fokus secara maksimal. Sedangkan hasil pekerjaan orang sibuk yang pada dasarnya multitasking cenderung tidak optimal karena “yang penting selesai” saja, bahkan bisa juga tidak semua terselesaikan karena merasa overwhelmed.
Sahabat, dalam konsep Islam, ternyata kita, sebagai manusia, dianjurkan untuk produktif loh, Sahabat. Hal ini termaktub dalam Surah Al-Insyirah ayat 7 yang di dalamnya terdapat motivasi luar biasa. Ayat motivasi ini berisi nasihat bahwa hendaknya seseorang konsisten dalam hal atau usaha yang sedang digeluti atau diperjuangkannya.
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (QS. Al-Insyirah: 7).
Ayat di atas bermakna bahwa seseorang hendaknya fokus, berkonsentrasi, dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan urusan tersebut, hingga urusan tersebut selesai dengan hasil yang optimal.
Konsistensi dan kesungguhan seseorang dalam melakukan suatu hal sangat berpengaruh krusial pada hasil dari hal yang diusahakannya tersebut. Apabila seseorang bersungguh-sungguh mengerjakan suatu urusan hingga tercapai tujuan akhir dari urusan tersebut, maka hasil dari urusan tersebut cenderung maksimal karena diusahakan dengan totalitas dan konsisten. Akan tetapi, jika seseorang terfokus dengan banyak hal sekaligus di waktu yang sama, bukan tidak mungkin bila seseorang tersebut akan mudah merasa kewalahan dan tidak dapat fokus dengan apa yang dikerjakannya, karena fokus tersebut harus dibagi-bagi ke semua urusan, sehingga hasil akhir dari urusan tersebut cenderung tidak maksimal.
Karena itulah, seseorang hendaknya konsisten dalam menyelesaikan suatu urusan lebih dulu agar tercapai hasil yang maksimal. Setelah suatu urusan terselesaikan, maka janganlah seseorang tersebut stagnan dan bermalas-malasan, tetapi mengerjakan urusan lainnya yang harus dikerjakan dengan konsisten dan penuh kesungguhan pula. Ayat ini sangat menggugah saya karena mengajarkan kebermaknaan positif yang bernilai dari sikap konsisten dalam melakukan suatu pekerjaan. Sikap konsisten inilah yang perlu dimiliki dan dipertahankan oleh siapapun untuk mencapai kesuksesan.