email : [email protected]

31.3 C
Jambi City
Sunday, November 24, 2024
- Advertisement -

Review Film The EndGame

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Saya mungkin orang yang tak terlalu mengikuti isu korupsi. Sudah terlalu malas mendengarnya, sejak duduk di sekolah dasar kasus korupsi selalu berulang ditayangkan di televisi. Terciduk, tertangkap, dimudahkan atau bahkan dipotong masa tahanannya bukan hal baru.

Bagi kita orang yang biasa-biasa saja di republik ini, apa yang kita katakan juga tidak mengubah apapun. Tapi saya merevisi mindset ini, korupsi meskipun tak bisa kita ubah nyatanya juga ikut menyengsarakan semua orang baik petani, pedagang, tukang parkir, kernet angkot, pemulung, tukang cilok hingga bayi yang baru lahir. Apa sebab? Tentu saja dana yang di korupsi harusnya dapat tersalurkan malah masuk kantong si koruptor dan kita secara bergotong-royong harus menutupinya. Jadi, ya kita kudu melek.

Belakangan, para penumpas koruptor pun satu persatu mulai dipreteli. Kasus Novel Baswedan yang disiram air keras setelah melaksanakan shalat Jumat di masjid dekat rumahnya, berbagai ancaman para penyidik yang menangani kasus korupsi hingga kontroversi penjaringan pegawai KPK. Tak perlu mesem-mesem dengan membaca koran, melihat berita di televisi atau bahkan membaca jurnal. Kita dapat melihat kesaksian perwakilan dari 75 pegawai KPK yang ‘tersingkirkan’ akibat tes wawasan kebangsaan yang ramashok itu dalam sebuah film dokumenter Watchdoc yang telah masif ditayangkan di berbagai wilayah di Indonesia maupun yang dirilis di kanal YouTube.

Tentang Endgame

Tangkapan layar film dokumenter Watchdoc The EndGame

Dalam 3 hari penayangan “The EndGame” di kanal YouTube telah ditonton oleh lebih dari satu juta orang. Film ini bercerita tentang testimoni beberapa orang yang mengikuti tes wawasan kebangsaan penyidik KPK. Diketahui, 75 orang pegawai dinyatakan tidak lulus melalui tes wawasan kebangsaan, padahal mereka telah berpengalaman menangani kasus korupsi.

Baca juga  Antara Wacana dan Realita Kepemimpinan Wali Kota Sungai Penuh Periode 2021-2024: Perubahan Maju atau Mundur

Dalam film berdurasi 1 jam 54 menit tersebut, 16 orang bersaksi mengenai pertanyaan yang dinilai tidak masuk akal dan menyebabkan mereka dinonaktifkan, padahal beberapa diantaranya sedang mengawal kasus besar seperti, bansos yang melibatkan mantan Menteri Sosial (Mensos), Juliari Batubara hingga kasus simulator SIM yang melibatkan mantan petinggi Polri, yaitu Djoko Susilo, dan termasuk pencarian tersangka kasus dugaan suap pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR, Harun Masiku yang sedari setahun lalu belum juga menemukan titik terang.

Dalam film ini juga memperlihatkan banyak serangan terhadap KPK dari dalam dan luar, termasuk dengan menyerang dengan informasi tidak benar mengenai KPK. Tak lupa cuplikan aksi berbagai kalangan aktivis yang menyuarakan penentangan terhadap revisi UU KPK yang dinilai melemahkan KPK sendiri.

Pertanyaan yang dilontarkan, menurut penuturan dalam film ini, tidak ada yang menyangkut wawasan anti korupsi. Pertanyaan bahkan lebih mengarah pada ideologi dan tidak berperspektif gender. Misalnya, saat pacaran pernah ngapain aja? Mau jadi istri kedua nggak? Pilih Al Qur’an atau Pancasila? Kenapa belum menikah? Berapa lama pacaran? Welah dalah.

Pasca menyaksikan film ini, niscaya, kita akan dibuat kesal dan menyayangkan tindakan negara (pemerintah) yang seakan sengaja menutupi kasus korupsi di negeri ini. Tak heran, jika berbagai komentar dukungan terus mengalir bagi mereka yang saat ini sedang dinonaktifkan. Film ini juga menyiratkan bahwa perjuangan melawan korupsi di Indonesia, melalui lembaga yang dipercaya publik telah menemui ronde terakhirnya bersama nasib 75 orang yang telah dinonaktifkan.

Editor : Renilda Pratiwi

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru