Muaro Jambi, Oerban.com – Tim Program Pengabdian Mahasiswa kepada Masyarakat (P2M2) Program Studi Kimia Industri Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Jambi yang diketuai Helen Yunita Chaya yang beranggotakan Elseftia Wanda Athalia, M. Rizky Pratama dan Andre Setiawan dengan dosen pembimbing Ir. Edwin Permana, ST, MT, IPM, ASEAN Eng., telah melaksanakan kegiatan P2M2 yang berlokasi di Mendalo Darat. Kegiatan P2M2 ini mengusung judul “Teknologi pembuatan sabun cuci piring dengan memanfaatkan limbah kulit nanas di mendalo darat”.
Kulit nanas merupakan limbah dari buah yang sering kita nikmati. Limbah ini seringkali diabaikan dan dibuang begitu saja, tanpa dilakukan pengolahan. Salah satu cara inovatif untuk memanfaatkan limbah kulit nanas adalah pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan sabun pencuci piring yang ramah lingkungan.
Dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan penggunaan bahan-bahan alami yang selama ini tidak termanfaatkan, sabun cuci piring dari kulit nanas merupakan salah satu cara mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan juga berkontribusi pada pengurangan limbah kulit nanas di daerah sekitar.
Kegiatan ini mendapat restu dan dukungan dari masyarakat setempat. Kegiatan ini sangat menarik bagi masyarakat sekitar, hal ini dibuktikan dengan antusiasnya masyarakat setempat mengikuti kegiatan ini.
Salah satu ibu-ibu PKK mengatakan, “Sampah merupakan salah satu masalah yang akan selalu dihadapi oleh masyarakat. Sampah kulit nanas selama ini hanya dibuang begitu saja, menumpuk dan membusuk, yang dapat mencemari lingkungan. Tentu, pemanfaatan limbah kulit nanas ini, menjadi sabun cuci piring merupakan potensi yang sangat baik bagi masyarakat untuk diterapkan.”
Pernyataan ini juga dibenarkan oleh Bapak Ir. Edwin Permana, ST, MT, IPM, ASEAN Eng., yang mengatakan bahwa, “Sangat disayangkan jika kulit nanas yang memiliki potensi sebagai sumber senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya, terutama bromelin, yang berfungsi sebagai antibakteri, justru tidak dimanfaatkan dengan optimal.”
Proses pembuatan sabun cuci piring dari kulit nanas ini melibatkan fermentasi kulit nanas dengan bahan-bahan alami lainnya. Hasil akhirnya adalah sabun cuci piring yang tidak hanya mampu menghilangkan lemak dan kotoran, tetapi juga ramah lingkungan. Kandungan enzim bromealin, klor, dan iodium juga mempunyai efek menekan pertumbuhan bakteri.
Selain mengurai limbah yang merusak lingkungan, sabun cuci piring limbah kulit nanas ini memiliki keunggulan tidak mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari lingkungan dan air. Ini adalah solusi yang lebih aman dan lebih berkelanjutan dibandingkan dengan sabun cuci piring konvensional yang sering mengandung bahan-bahan berbahaya.
Inovasi ini adalah contoh bagaimana dengan sedikit kreativitas dan kesadaran lingkungan, masyarakat bisa menjadikan limbah sehari-hari menjadi sumber daya berharga.
Dengan mengadopsi teknologi ini, mereka telah memberikan kontribusi positif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan mereka. Teknologi pembuatan sabun cuci piring dari kulit nanas akan menjadi langkah kecil menuju perubahan yang lebih besar dalam mendukung lingkungan dan sumber daya alam sekitar.
Dalam hal ekonomi, teknologi ini juga memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk menciptakan produk bernilai jual dari limbah yang sebelumnya dianggap tidak berguna. Hal ini tentu akan menjadi tambahan penghasilan dan peluang bisnis yang berkelanjutan.
Editor: Ainun Afifah