Istanbul, Oerban.com – KAMMI Turki dengan bekerjasama dengan PPI Turki, PPI Istanbul, bersama beberapa organisasi kemahasiswaan diaspora lainnya di Turki mengadakan seminar terbuka bersama Rocky Gerung, Jumat (19/1/2024).
Agenda ini diselenggarakan di Gedung Pusat Kepemudaan Uskudar, tepatnya di salah satu distrik bernama Uskudar di bagian Istanbul Asia. Agenda ini diadakan dengan landasan kekhawatiran diaspora mahasiswa Indonesia di Turki akan menurunnya indeks kebebasan berpendapat dan berdemokrasi di tanah air, sehingga tema yang diusung adalah, “Memaknai Kebebasan Intelektual”.
Agenda ini diselenggarakan secara terbuka tidak hanya untuk mahasiswa melainkan untuk seluruh diaspora Indonesia di Turki sehingga antusiasme yang didapat sangat tinggi, peserta yang datang pun diperkirakan lebih dari 300 orang dan datang dari berbagai kota di Turki.
Acara seminar dimoderatori oleh Mahendra Utama Cahya Ramadhan selaku Direktur Utama Pusat Studi PPI Turki 2023-2024. Mahendra mengawali agenda ini dengan mengutip peryataan oleh salah satu tokoh sejarah islam terkemuka Ibnu Kholdun yaitu “Manusia adalah hewan yang berbicara”.
Hal ini diucapkan untuk memantik dinamika perdiskusian di ruangan seminar dengan harapan kita semua mampu mengenali batas-batas dalam mengutarakan pendapat dan perlakuan intelektualitas yang bertanggung jawab.
Menurut Ketua Divisi Kebijakan Publik KAMMI Turki, hal ini perlu kita dorong dan kita gaungkan secara serius, mengingat pada hari-hari ini masih banyak pembatasan-pembatasan kebebasan intelektual yang dilakukan dengan berbagai cara di masa pemerintahan Presiden Jokowi, sehingga berakhir kepada turunnya indeks kebebasan berdemokrasi dan berpendapat di Indonesia juga terjadinya kebijakan yang seharusnya direncakan secara demokratis dan intelektual malah diambil secara ugal-ugalan dan sembrono.
Menurut Rocky Gerung diawal pemaparannya, politik kita dijalankan tanpa adanya pondasi politik yang kuat sehingga politik yang seharusnya menjadi alat tukar tambah gagasan malah menjadi alat tukar tambah material. Hal ini mengakibatkan kita terjerumus masuk ke dalam kegelapan politik kekuasaan yang berdampak kepada menurunnya indeks demokrasi Indonesia dan kebebasan berpendapat di tengah masyarakat.
Beliau juga menyinggung bahwa masyarakat malah disuguhkan dengan hal-hal yang justru tidak membangun dan cenderung memperburuk kondisi intelektual di masyarakat, contohnya adalah gemoy-gemoyan yang menurutnya tidak memiliki bobot intelektual sama sekali.
Di pertengahan acara, Rocky Gerung sempat menyinggung tentang permasalah dinasti kekuasaan yang sekarang tengah dilakukan oleh Presiden Jokowi. “Sebagai kepala negara dia buruk, tetapi sebagai kepala keluarga dia bagus karena dia beternak politisi di keluarganya sendiri”, ucap Rocky Gerung.
KAMMI Turki menilai hal ini sangat disayangkan dikarenakan politisi-politisi di Indonesia secara terang-terangan disuguhkan dan dipilih berdasarkan kedekatan kekeluargaan dan orang dalam, bukan berdasarkan kadar dan kapasitas intelektual yang dimiliki. Hal ini merupakan suatu ironi karena nepotisme yang tengah kita kubur dalam-dalam sejak era reformasi justru digali dan diangkat kembali pada masa pemerintahan Jokowi.
Menurut Fiqhy Rodhiyya selaku Ketua Umum KAMMI Turki 2022-2023, kebebasan intelektual menjadi kunci agar fungsi demokrasi berjalan dengan semestinya, ketika mereka dibelenggu oleh kebodohan dan kejumudan disanalah demokrasi pun rusak dan hancur, seperti buah yang baik tidak bisa dicerna oleh lambung yg sakit. Beliau juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Rocky Gerung dan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam meyukseskan seminar ini.
Rocky Gerung di antara pertengahan dan akhir sesinya menyampaikan salah satu kelebihan diaspora Indonesia di Turki adalah mampu menilai tanpa terganggu oleh banyaknya noise sehingga dapat berfokus kepada voice dalam menyikapi gagasan dan pikiran yang sedang diadu diantara elemen-elemen masyarakat di Indonesia.
Beliau juga berpendapat bahwa mahasiswa Indonesia di luar negeri memiliki kelebihan dalam memandang permasalah demokrasi di Indonesia secara akademis melalui prespektif luar, dalam hal ini yaitu merenungi kegagalan kita pada hari ini dalam memahami buah reformasi.
Menurutnya acara ini, khususnya KAMMI dan PPI Turki telah menjadi contoh karena bertekad mempelopori pemantikan nalar kritis para diaspora Indonesia di Turki, dan harapannya juga memberikan kesadaran kepada diaspora di negara lain yang masih takut dan khawatir dalam memberikan pendapat dan berpikir kritis.
Rocky Gerung mengakhiri sesinya dengan menyebutkan bahwasannya Indonesia saat ini sangat memerlukan komunitas pengkritik di masyarakat sehingga ide dasar negara tetap terpelihara dalam kondisi intelektual.
Setelah sesi pemaparan Moderator memberikan waktu bagi para peserta untuk bertanya kepada Rocky Gerung. Salah seorang penanya meminta Rocky Gerung untuk memberikan penilaian terhadap kondisi kebebasan intelektual di Indonesia pada saat ini. Menurut Rocky Gerung dengan mengingat kondisi realitas saat ini, beliau memberikan skor yang sangat fantastis, “10/1200”.(*)
Editor: Ainun Afifah