Oleh: Ghina Syauqila
Menurut Marpaung, dkk (2022), kalangan yang lebih rentan mengalami digital dependence adalah remaja, karena remaja sendiri merupakan masa transisi anak-anak menjadi dewasa, di mana masa ini ditandai dengan ketidakstabilan emosi, keingintahuan dan rasa ingin mencoba yang besar, pertentangan nilai dalam diri dengan lingkungan sekitar, dan merupakan tahap pencarian jati diri. Pada masa ini pulalah seorang remaja akan belajar mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini mengartikan bahwa usia atau tahap perkembangan seseorang berpengaruh terhadap probabilitas dialaminya digital dependence.
Media digital sering disalahgunakan oleh generasi digital dependence yang dapat menyebabkan dampak negatif berupa pemborosan waktu yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menggunakan waktunya dengan efektif serta malas melakukan hal-hal yang produktif (Putri, 2018). Selain itu, menurut Marpaung, dkk (2022), digital dependence juga akan menyebabkan kurangnya kemampuan untuk mengendalikan diri, kesulitan dalam mengandalkan diri sendiri atau kemampuan self-reliance, meningkatnya self-indulgence atau sikap memanjakan diri yang berlebihan, tidak tahan banting terhadap kesulitan yang dihadapi, ingin hasil yang serba instan tanpa mau berusaha maksimal, serta paparan internet tak jarang memudahkan seseorang untuk mengintip kehidupan pribadi orang lain, sehingga seseorang akan lebih rentan mengalami social comparison atau sikap membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, insecurity berlebihan, melahirkan sikap inferior, dan menekan sikap percaya diri. Semua efek yang diuraikan di atas erat sekali kaitannya dengan kemampuan daya juang seseorang atau yang diistilahkan dengan adversity quotient.
Menurut Stoltz dalam Syauqila, dkk (2020), adversity quotient adalah kemampuan dalam berjuang menghadapi masalah yang terjadi dengan membuat keteguhan dalam dirinya agar tidak mudah menyerah pada situasi sulit. Adversity quotient memiliki lima aspek, yaitu pengendalian (control), asal-usul dan pengakuan (origin-ownership), jangkauan (reach), dan daya tahan (endurance). Semakin bergantung seseorang dengan internet, di mana internet ini disalahgunakan, dapat diperkirakan seseorang tersebut memiliki adversity quotient yang rendah. Problematika mengenai daya juang Generasi Z saat ini menjadi suatu kendala yang tengah mengakar.
Padahal, dalam kehidupan yang secara kodrati akan terus didera oleh berbagai jenis permasalahan dan kesulitan dalam rangka mendewasakan manusia, AQ sangat dibutuhkan untuk berjuang, bertahan, beresiliensi, dan memecahkan masalah serta kesulitan yang ada, serta memotivasi seseorang untuk melangkah maju, optimis, tidak mudah menyerah dan berputus asa.