Bangkinang, Oerban.com – Anggapan umum yang melekat di petani bahwa produksi tinggi cenderung dibarengi dengan penggunaan pestisida kimia sintetik secara berlebihan dan tidak bijaksana sebagai satu satunya cara ampuh untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia
Hal ini akan berdampak negatif pada kesehatan lingkungan (agroekosistem), hewan/manusia dan menurunnya tingkat kesuburan tanah.
Agens Pengendali Hayati atau yang lebih dikenal dengan APH menjadi salah satu alternatif dan solusi terbaik karena sifatnya yang aman, mudah dikembangkan dan ramah lingkungan untuk mengendalikan OPT sasaran.
kelompok tunas muda kabupaten Kampar Provinsi Riau saat telah mengembangkan pestisida Nabati pada tanaman durian, varietas tembago. Respiandi selaku ketua kelompok tani Tunas Muda, kami selalu terus berusaha mensosialisasikan manfaat budidaya ramah lingkungan dan menularkan ilmunya kepada rekan-rekannya sesama petani, ujar Respiandi.
Beliau juga mengajarkan cara pembuatan pestisida biologi seperti APH dan pestisida nabati ke petani-petani muda dan kelompok tani lainnya,” Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kami selalu memprioritaskan pemanfaatan agens pengendali hayati dari awal tanam sampai panen,” ujarnya
Direktur Jenderal Hortikultura , Prihasto Setyanto menyatakan bahwa penggunaan APH mendukung program Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu berperan dalam meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan.
Penulis: Rifnaldi