email : [email protected]

23.7 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

SEMINAR KOPI DALAM LINGKUNGAN PERUBAHAN IKLIM, PERSIAPAN HADAPI PERUBAHAN IKLIM

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Sebagai salah satu komoditas unggulan di provinsi Jambi selain kelapa dan karet, kopi juga menjadi salah satu hasil pertanian yang menjadi perhatian pemerintah daerah dan sejumlah lembaga yang berkonsentrasi pada bidang ini, salah satunya dengan melakukan sosialisasi dan membahas masa depan kopi di Jambi.

Bertempat di Shang Ratu Hotel Jambi, kegiatan seminar bertajuk kopi dalam perubahan iklim yang diinisiasi oleh Lembaga Tiga Beradik (LTB) dan rikolto pada (28/10) pagi hingga sore hari.

Menghadapi climate change (perubahan iklim) yang diprediksi akan terjadi pada 2030 kedepan, sejumlah lembaga yang terdiri dari pegiat kopi, pemerhati kopi, hingga coffee shop dikumpulkan guna mensosialisasikan dampaknya terhadap kopi dan cara menanggulanginya.

Seminar tersebut diisi oleh empat pemateri. Pemateri pertama, Kiki Purbosari dari perwakilan Rikolto Indonesia, sebuah lembaga pendorong produksi hasil kopi Indonesia ke luar negeri, yang menyampaikan bahwa perubahan iklim sudah, sedang, dan akan terjadi. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan atau curah hujan panjang yang berpengaruh pada proses pertumbuhan pohon kopi. Ia juga menjelaskan tentang sistem perkebunan yang ramah lingkungan, serta konsep payment for ecosystem service, yakni pemberian satu pohon alpukat untuk satu karung kopi sebagai pembayaran dari aksi petani yang menjaga lingkungan.

Pemateri kedua, Agus Rizal dari dinas perkebunan Provinsi Jambi yang yang menyampaikan bahwa Jambi sebagai provinsi yang memiliki jenis kopi terlengkap terdiri dari liberika, robusta, dan Arabika dengan luas kebun kopi sebesar 27. 274 Ha dengan produksi 15 461 ton yang melibatkan 27. 548 kk petani. Kopi sebagai salah satu devisa negara juga membantu menyerap lapangan kerja, mendukung pelestarian lingkungan hidup, serta membangun citra daerah. Hal ini dapat kita lihat dari hasil pertanian kopi Kerinci yang di ekspor hingga ke Belgia.

Baca juga  MENGEMBALIKAN KEJAYAAN DAIRI SEBAGAI SENTRA KOPI SIDIKALANG

Sedangkan pemateri ketiga, Ali Sofiawan, manajer komunikasi outreach TFCA Sumatera menyampaikan tentang pasca kenaikan suhu (climate change) berbagai penyakit akan muncul lebih banyak, seperti malaria, DBD, asma, alergi hingga kelaparan. Selain itu, efek pada kopi, sekitar 60% jenis coffee liar akan mati, serta munculnya hama dan penyakit pada kopi. Ia menjelaskan ada beberapa cara menghadapi itu, seperti, mitigasi, adaptasi, hingga budidaya berkelanjutan.

Pemateri terakhir, Gusdi Irawan dari cahaya puncak Merangin, menyampaikan tentang petani kopi robusta Jangkat Sungai Tenaga di tengah pusaran. Menurutnya, kopi berhubungan erat dengan putaran ekonomi, degradasi hutan, hingga harus menghadapi perubahan iklim.

Keseluruhan materi dalam seminar tersebut akhirnya mengantarkan pada diskusi yang cukup alot hingga penyusunan rancangan tugas lanjutan (RTL) oleh lembaga tiga beradik (LTB) sebagai pihak penyelenggara dan secara khusus agar permasalahan tentang kopi di Jambi dapat menemukan perumusan solusi yang kongkret.

Penulis: Novita S

Editor: Renilda PY

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru