email : [email protected]

30.2 C
Jambi City
Jumat, April 19, 2024
- Advertisement -

Serba-Serbi Active Listening (Bagian 4-2): Trik-trik Mendengarkan dengan Penuh Perhatian dan Fokus

Populer

Penulis: Ghina Syauqila

Sahabat, pada artikel sebelumnya yang dapat Sahabat baca di sini (Serba-Serbi Active Listening (Bagian 4-1): Trik-trik Mendengarkan dengan Penuh Perhatian dan Fokus), kita telah mengetahui dua cara yang harus kita lakukan untuk dapat mendengarkan dengan penuh perhatian dan fokus. Pada artikel kali ini, kita akan membahas dua lainnya.

Yang namanya mendengar secara aktif, kita harus mendengarkan dengan penuh perhatian serta melibatkan fokus dan konsentrasi yang penuh. Hal ini dilakukan agar orang yang bercerita dapat merasa didengar dan dihargai, serta kita pun dapat mengetahui pesan apa yang disampaikan oleh orang yang bercerita, sehingga kita dapat memahami apa yang ia butuhkan dan memberikan bantuan yang diperlukan semampu kita.

Hanya fokus mendengarkan, menyimak, dan memahami tiap pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan. Sahabat, ketika ada seseorang yang berbicara atau bercerita pada kita, merupakan suatu keharusan untuk mendengarkan dan menyimak orang yang bercerita dengan hanya fokus padanya, menyertakan bahasa-bahasa tubuh yang positif untuk menunjukkan antusiasme kita, tanpa distraksi apapun, sehingga kita dapat memahami tiap pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan oleh orang yang bercerita. Terkadang, orang yang bercerita tidak memahami emosi yang ia rasakan atau penyebab dari emosi yang ia rasakan, tapi dengan mendengarkan secara aktif, kita dapat menarik ‘benang merah’ yang tersembunyi tersebut dan membantu pembicara untuk memahami dan menyadari apa yang ia rasakan.

Menyertakan “attending” agar penyintas lebih merasa didengarkan. Attending adalah selingan kata-kata yang dihadirkan dalam proses mendengarkan untuk menunjukkan pada pembicara bahwa kita mendengarkan. Dari sudut pandang orang yang ber-cerita, attending yang kita berikan ini dapat membuatnya merasa didengarkan. Dengan kata lain, orang yang bercerita akan merasa kita hadir membersamainya untuk mendengarkannya, sehingga orang yang bercerita tidak akan merasa diabaikan dan sendirian. Contoh attending ini adalah “oohh, begitu”, “iya”, “lalu?”, “hmm…”, “hooh”. Attending diberikan dengan ‘takaran dan posisi yang tepat’, tidak terlalu banyak, juga tidak terlalu sedikit. Jangan sampai kita memberikan attending yang terlalu banyak sehingga dapat memotong cerita dari orang yang bercerita. Atau jangan sampai pula kita hanya diam mematung saja mendengarkan. Sesekali, orang yang bercerita ‘butuh tahu’ bahwa kita hadir dalam tiap cerita yang mereka sampaikan.

Baca juga  Penggunaan Model Pembelajaran Webbed Dengan Pendekatan Kontekstual Dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru