Sungai Penuh, Oerban.com – Dalam sesi presentasi yang dilakukan dirumah dinas bupati Kerinci malam Minggu (12/10) terkuak fakta bahwa masih rendahnya petani Kerinci dalam menerapkan Good Handling Practicies (GHP), yakni pengelolaan panen dan pasca panen. (13/10/2019)
Biasanya petani melakukan panen kulit manis seadanya, kemudian melakukan penjemuran juga seadanya. Padahal jika berdasarkan GHP tentu ada standar-standar tertentu yang harus diikuti oleh petani sehingga kualitas produk pertaniannya terjaga.
Hal tersebut disampaikan Firman saat menjelaskan kondisi petani kopi maupun kulit manis di Kerinci.
“Petani kita sebetulnya sudah bagus dalam hal budidaya, dan kita juga melakukan sekolah lapang di UPH-UPH yang kita miliki. Disana kita buat semacam penelitian dengan membuat perbandingan satu teknik budidaya dengan teknik budidaya yang lain. Nah, nanti hasilnya kita persilahkan kepada petani untuk menilai, mana yang paling bagus menurut mereka setelah melihat langsung dilapangan,” ungkap Firman.
Namun karena hal tersebut memerlukan waktu, maka dengan bergabungnya para petani kedalam koperasi Berkah ini diharapkan proses tranfers knowledge nya berjalan lebih cepat.
Sementara itu guna mengatasi rendahnya pelaksanaan GHP dan GMP, BPP Jambi secara tersirat akan berusaha mengatasi hal tersebut. Sehingga produk-produk pertanian Kerinci bisa terjaga kualitasnya.
“Kita akan berkolaborasi bersama para stakeholder terutama dengan para petani dan pegiat pertanian guna meningkatkan kualitas produk dengan cara melakukan sertifikasi bagi para petani”, ungkap kepala BAPELTAN Jambi yang diwakili oleh Elly Sarnis.
Lebih lanjut Elly menyampaikan akan menjadikan permasalahan tersebut sebagai bahan kajian di balai sehingga ada satu paket pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan petani dalam GHP dan GMP.
Penulis : Hendri
Editor : Tim Redaksi Oerban