email : [email protected]

23.7 C
Jambi City
Jumat, April 19, 2024
- Advertisement -

Tiga Tipologi Manusia dalam Menyikapi Hidayah

Populer

Yogyakarta, Oerban.com — Ramadan, bulan penuh ampunan telah tiba. Bagi segenap muslim hendaknya mengucap syukur telah diberikan umur untuk kembali bersua dengan bulan penuh berkah ini. Tidak semua orang memiliki kesempatan berharga untuk bertemu lagi dengan bulan Ramadan. Oleh karena itu, segenap kaum beriman seyogianya memanfaatkan dengan baik momentum Ramadan tahun ini.

Berkenaan dengan itu, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Fahmi Muqoddas dalam Kuliah Subuh di masjid Al Furqan Nitikan, pada Sabtu (2/4/2022) seperti dilansir laman resmi Muhammadiyah mengingatkan, terdapat tiga tipologi manusia dalam menyikapi hidayah Al-Qur’an sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Fathir 32-33, di antaranya: pertama, dzalimun li nafsihi atau orang yang mendzalimi diri sendiri.

“Tipe pertama ini yaitu orang yang mengamalkan Qur’an dengan kesombongan, menolak kebenaran Al-Qur’an dan sangat egois hidup untuk kepuasan dirinya sendiri. Bahkan sombong dan acuh terhadap lingkungannya,” terang Fahmi.

Kedua, muqtashid atau orang yang mengamalkan Qur’an sekedar untuk memenuhi kebutuhan ritual individual dan mencari pahala. Karena tujuannya hanya ritual individualistik, terang Fahmi, golongan kedua ini mengabaikan hubungan dengan antar masyarakat dan kurang harmonis dengan lingkungan sosialnya. Hidupnya sangat berjarak dengan lingkungan sekitarnya.

Ketiga, sabiqun bil khairat atau mukmin yang selalu ingin menjadi pemenang dalam beribadah ritual individual maupun sosialnya. Golongan ini merupakan prototipe yang paling sempurna seorang muslim sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW: “Khairunnaasi anfa’uhum linnaasi” atau sebaik-baik manusia adalah orang yang hidupnya banyak memberi manfaat bagi  orang lain.

“Semoga Allah Swt membimbing kita melalui amalan Ramadan ini agar kita menjadi kelompok yang nomor tiga, yaitu orang-orang yang selalu ingin menjadi pemenang dalam beribadah ritual individual namun juga ingin jadi pemenang dalam ibadah sosialnya,” harap Kepala BPH PUTM PP Muhammadiyah ini.

Baca juga  Adversity Quotient, Amunisi Manusia Berdaya

Dalam Kuliah Subuh itu, Fahmi juga menyampaikan bahwa Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah, rahmah, maghfirah, sehingga kedatangannya disambut dengan kegembiraan. Selain itu, Ramadan juga merupakan bulan pengekangan terhadap seluruh atribut hasrat-hasrat duniawi. Berdasarkan QS. Al-Baqarah ayat 187, setiap individu (mukallaf) wajib membatasi fungsi perut, mulut, dan kelamin.

“Melalui ibadah Ramadhan inilah Allah melatih hambanya untuk menahan diri dari makan, minum serta kebutuhan biologis yang lain dalam rangka olah spiritual, individual dan sosial,” ujar Alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Editor: Renilda Pratiwi Yolandini

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru