Penulis: Ghina Syauqila
Sahabat, pada artikel sebelumnya yang dapat Sahabat baca di sini (7 Sikap yang Dapat Menghambatmu Maju (Bagian 1)), kita telah membahas tiga hal yang dapat menghambat kita bergerak maju, yaitu meragukan kemampuan diri sendiri, prokrastinasi, dan bersikap perfeksionis yang berlebihan.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas empat hal lainnya yang dapat menghambat kemajuan diri.
Melihat kesalahan sebagai sebuah kegagalan
Setiap dari kita pasti pernah melakukan kesalahan, tidak hanya sekali, melainkan ber-kali-kali. Namun ada orang-orang yang memilih untuk bangkit dari kesalahan tersebut dengan memperbaiki dirinya dan berusaha tak mengulangi kesalahan yang sama, ada pula orang-orang yang terus ‘terbenam’ dalam kesalahan tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah kegagalan. Persepsi menganggap kesalahan sebagai sebuah kegagalan tersebut dapat menghambat diri kita untuk maju. Kita memang harus menyesali kesalahan yang kita lakukan agar tak mengulanginya di masa mendatang, akan tetapi jika meletakkan kesalahan sebagai tembok besar yang menghalangi diri, sampai kapanpun kita tidak akan pernah maju jika tidak berusaha meroboh-kan tembok tersebut.
Mudah menyerah saat berproses
Proses memang menjadi perjalanan yang sangat melelahkan, sehingga tak sedikit orang-orang yang memilih untuk menyerah dan mundur di tengah jalan. Padahal bisa jadi hasil yang mereka dambakan dapat dicapai sedikit lagi, namun karena memilih menyerah, sampai kapanpun hasil tersebut tak ia temukan. Ibaratnya kita ingin mencari emas, maka kita menggali. Namun proses penggalian yang panjang sangat melelahkan, sehingga kita pun berhenti dan tak pernah menggali lagi. Padahal emas yang kita cari-cari sedikit lagi akan terlihat. Sayang sekali, kan? Kalau kita menyerah dalam proses, sampai kapanpun kita tak akan pernah sampai pada hasil yang dituju.
Tidak memecah tujuan yang besar menjadi target-target kecil
Maksudnya bagaimana? Maksudnya, kita punya tujuan dan mimpi-mimpi yang besar, namun kita tidak memiliki perencanaan spesifik how to reach it dengan mengimplementasi-kannya ke target-target kecil untuk mencapai tujuan besar tersebut. Contohnya, kita ingin melanjutkan pendidikan S2, tapi kita tak memiliki rencana untuk melakukan survei terhadap kapan waktu pendaftaran dibuka, di kampus mana kita mendaftar, jurusan apa yang hendak diambil, alur seleksinya, berkas-berkas yang harus disiapkan. Atau kita tidak berencana untuk belajar untuk mempersiapkan ujian masuk S2. Kalau tujuan besar tersebut hanya ‘mengawang-awang’ saja tanpa ada perencanaan dan aksi, bagaimana kita mau maju? Kita hanya menjadi ‘pemimpi’, bukan ‘pejuang mimpi’.
Tidak bisa memanajemen waktu dengan baik
Ini adalah suatu kemutlakan, tentang bagaimana kita dapat berjalan beriringan dengan waktu, atau kita yang tergulung-gulung dan terombang-ambing dalam waktu. Kehilangan sedikit waktu saja, kita dapat kehilangan satu peluang.