Kota Jambi, Oerban.com – Kebanyakan dari kita berpikir bahwa hidup di kerajaan akan membuat kita selalu senang dan bahagia. Namun, hal itu tak selalu benar. Beberapa tekanan publik, atau kematian bahkan menyebabkan orang yang dicitrakan memiliki segalanya bisa berada pada titik terendah.
Pangeran Harry (36) dalam sebuah wawancara dokumenter yang dirilis Apple TV+ berjudul “The Me You Can’t See” bersama Oprah Winfrey mengungkap itu semua. Ketika masih berusia 12 tahun, pangeran Harry harus menerima kenyataan bahwa ibunya, Putri Diana meninggal dalam kecelakaan saat dikejar pers di Paris tahun 1997. Kondisi ini kemudian membuat dirinya merasa sangat sedih.
Akibat kejadian itu, pangeran Harry menderita kecemasan dan serangan mental parah dari usia 28 hingga 32 tahun. Ia bercerita, jika setiap saat ia harus menyemangati dirinya sendiri, sebab tak jarang kecemasan muncul di dirinya. Berkeringat, sambil menatap cermin, pangeran Harry sering berkata “ayo pergi”untuk memenuhi undangan atau harus pergi keluar.
“Saya bersedia untuk minum alkohol, saya bersedia untuk menggunakan narkoba, saya bersedia untuk mencoba dan melakukan hal-hal yang membuat saya merasa sedikit lebih baik” katanya pada Oprah Winfrey.
Biasanya ia akan minum alkohol selama seminggu pada hari Jumat atau Sabtu malam. “Itu bukan karena saya menikmatinya tetapi karena saya mencoba menutupi sesuatu.” Jelasnya.
Serial yang menekankan tentang kesehatan mental tersebut juga sekaligus membuka kenyataan bahwa pangeran Harry takut kehilangan Istrinya, Meghan. Sempat mengalami perundungan rasial, Meghan dan Harry pernah meninggalkan Inggris agar merasa tenang.
Harry juga bicara tentang momen berjalan di belakang peti mati Diana melewati jalan di London bersama kakaknya Pangeran William, ayahnya Pangeran Charles dan pamannya Charles Spencer.
“Hal yang paling saya ingat adalah suara kaki kuda,” katanya. “Rasanya seperti saya berada di luar tubuh saya, hanya berjalan, melakukan apa yang diharapkan dari saya, menunjukkan sepersepuluh dari emosi yang ditunjukkan semua orang.”
Bertahun-tahun sebelumnya, dia ingat duduk di belakang mobil ibunya sementara ibunya, sambil menangis, dikejar oleh fotografer.
“Salah satu perasaan yang selalu muncul pada saya adalah ketidakberdayaan. Menjadi seorang pria yang terlalu muda untuk membantu seorang wanita, dalam hal ini ibunya, dan itu terjadi setiap hari,” katanya.
Harry mengatakan dia memulai terapi serius hampir lima tahun lalu, ketika dia bertemu Meghan dan memutuskan untuk menikah pada Mei 2018. Kini ia bertekad menghadapi masa lalunya.
Editor Renilda Pratiwi