email : [email protected]

24.5 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Ujaran Kebencian Anti-Muslim Secara Online Sama Berbahayanya Dengan Serangan Pada Muslim di Jalanan

Populer

Eropa, Oerban.com – Berbagai bentuk ujaran kebencian anti muslim yang tersebar di internet sama berbahayanya dengan serangan di jalanan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewan Eropa.

Studi oleh Daniel Holtgen, direktur komunikasi dan perwakilan khusus tentang anti-Semit, anti-Muslim dan bentuk-bentuk intoleransi agama dan kejahatan rasial lainnya, dilakukan di antara organisasi muslim di delapan negara eropa dan berfokus pada retorika kebencian online. Negara-negara itu termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris.

Dalam briefing di Berlin, Holtgen mengatakan ketiga negara berada di jalur yang berbahaya dan muslim sering menghadapi ancaman pembunuhan online. Dia menjelaskan bahwa seruan untuk melakukan kekerasan terhadap umat Islam tidak dapat dianggap dalam ruang lingkup kebebasan berekspresi.

Sementara ujaran kebencian biasanya di posting secara anonim, orang-orang yang secara terbuka membagikan postingan anti-Muslim menggunakan nama mereka telah meningkat, kata Holtgen. Bahwa beberapa segmen dalam masyarakat menganggap penghinaan dan penggunaan ujaran kebencian terhadap muslim dapat diterima.

Perwakilan khusus juga mencatat bahwa organisasi muslim di negara-negara ini percaya bahwa pemerintah mereka gagal mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi muslim dari serangan ini, karena banyak lembaga publik kurang memiliki kesadaran yang cukup tentang masalah ini.

Ketua Dewan Pusat Muslim di Jerman, Aiman ​​Mazyek juga mengkritik negara-negara Eropa yang jarang menganggap serius kejahatan rasial anti-Muslim. Menyebut keadaan saat ini “mengkhawatirkan,” Mazyek mengatakan lebih dari 1.000 kejahatan kebencian anti-Muslim dilakukan tahun lalu.

Setiap hari sepanjang tahun 2019, sebuah masjid, lembaga muslim atau perwakilan agama di Jerman menjadi sasaran serangan anti-muslim, menurut penyelidikan oleh Partai Kiri Jerman (Die Linke).

Jerman telah mengalami peningkatan sentimen rasis dan anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh propaganda kelompok neo-Nazi dan partai oposisi sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD). Jerman adalah rumah bagi 81 juta orang dan menampung populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Dari hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, setidaknya 3 juta adalah keturunan Turki.

Baca juga  Jurnal medis Kanada Dikecam Karena Menerbitkan Laporan Anti-Muslim

Pejabat Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdoğan, telah sering mendesak para pembuat keputusan dan politisi Eropa untuk mengambil sikap menentang rasisme dan jenis diskriminasi lainnya yang telah mengancam kehidupan jutaan orang yang tinggal di dalam perbatasan blok tersebut.

Misalnya, Direktur Komunikasi Fahrettin Altun mengatakan kaum rasis Eropa bersembunyi di balik kata-kata seperti kebebasan dan demokrasi untuk menghasut kekerasan terhadap Muslim.

Serangan rasis yang menargetkan muslim atau imigran di Eropa semakin menjadi berita utama karena supremasi kulit putih menjadi lebih efisien di zaman di mana cita-cita mereka, atau setidaknya sebagian dari mereka, menjadi arus utama. Tidak ada satupun kelompok besar yang mengatur serangan-serangan ini terhadap Muslim dan imigran. Sebaliknya, serangan individu menyebabkan lebih banyak serangan peniru.

Iklim politik yang toleran, dengan dalih kebebasan berbicara, telah membantu simpatisan sayap kanan dengan kecenderungan kekerasan memperluas dukungan mereka.

Sumber : Daily Sabah

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru