Penulis: Novita Sari
Sahabat, apakah Sahabat pernah mengidolakan seorang artis atau aktor—contohnya seperti artis K-Pop yang tergabung dalam salah satu grup favorit Sahabat? Apakah Sahabat pernah terbuai oleh aktivitas kepenggemaran, yaitu serangkaian aktivitas yang dilakukan dalam rangka untuk menunjukkan atau mengekspresikan diri sebagai penggemar, sehingga Sahabat melupakan tugas-tugas atau pekerjaan Sahabat yang lebih penting?
Mungkin hal ini terdengar familiar, bagaimana seseorang, khususnya pada kalangan remaja, begitu mengidolakan seorang artis, lalu tenggelam dalam melakukan kegiatan-kegiatan kepenggemaran, muulai dari hanya sekadar mencari informasi dan kabar terbaru mengenai selebriti idola, mengoleksi foto, menonton film, variety show, dan MV sang idola hingga lupa waktu, memperbincangkan sang idola dengan teman-teman sepenggemaran, bergabung dengan komunitas penggemar dan ikut serta dalam event-event kepenggemaran, membeli stuff atau album sang idola, mengidentifikasi atau meniru sang idola, K-Popers antar-fandom untuk membela idola, memberikan dukungan yang total terhadap idolanya, sampai menulis fanfiction dan berimajinasi melampaui batas mengenai sang idola, seperti menganggap bahwa sang idola adalah kekasih, teman hidup, suami ataupun istrinya, serta melakukan tindakan ekstrem untuk mendapat perhatian sang idola, akan berdampak signifikan dan fatal terhadap diri sang penggemar. Semakin dalam rasa suka seseorang pada idolanya, akan semakin tenggelam pula ia dengan aktivitas kepenggemaran, yang apabila dilakukan oleh penggemar perempuan dinamakan fangirling. Tentu istilah ini tak asing di telinga Sahabat, kan?
Aktivitas kepenggemaran ini ternyata melekat dengan fenomena psikologis yang dinamakan celebrity worship syndrome yang pernah dibahas di sini. Secara singkat, celebrity worship syndrome adalah suatu fenomena di mana seseorang dianggap secara keseluruhan menjadi maniak yang terobsesi dengan satu atau lebih figur selebiriti sehingga berlebihan dalam melakukan aktivitas kepenggemaran. Ternyata celebrity worship ini memiliki dampak yang berbahaya loh, Sahabat.
Menurut Sheridan, dkk (2007), dampak dari celebrity worship adalah rentannya seseorang menghadapi krisis identitas, self esteem atau harga diri yang rendah, dan kinerja belajar atau kinerja kerja yang tidak bagus. Maltby, dkk (2004) menambahkan imbas kronis lainnya dari celebrity worship ini adalah seseorang sangat berpotensi mengalami gangguan psikologis seperti gampang merasa cemas, perubahan emosi dan mood yang ekstrem, instabilitas kepercayaan diri, mudah stres, depresi, dan dapat memicu berbagai penyakit lain yang berhubungan dengan kondisi psikis (Maltby., dkk, 2004). Hadirnya berbagai dampak negatif ini disebabkan karena penggemar sulit mengontrol dirinya sendiri (Nugraini, 2016).
Celebrity worship sungguh menjadikan seorang penggemar tergila-gila pada sang idol, mencintai sang idola dengan ekstrem dan berlebihan, membangun kefanatikan, dan menjadikan para penggemar melakukan hal-hal yang tidak wajar untuk diperhatikan idolanya atau menjalin kedekatan dengan idolanya, di mana seluruh gejala-gejala celebrity worship tersebut sangat signifikan memengaruhi kognisi, emosi, dan tingkah laku seorang penggemar. Semakin tinggi kadar celebrity worship syndrome seseorang, dirinya akan melampaui batas dan tidak mampu dikendalikan lagi, begitu pun sebaliknya.
Pada seorang penggemar dengan celebrity worship yang tinggi, kontrol terhadap diri sendiri sulit digapai. Menurut Paul G. Stoltz, rendahnya atau tiadanya kontrol diri pada diri seseorang menunjukkan rendahnya ketahanan seseorang dalam menghadapi suatu tantangan, rintangan, atau permasalahan. Contohnya di bidang akademik, kesulitan survive dalam belajar. Menurut Khairunnisa (2019), kecintaan terhadap idola berdampak besar bagi proses belajar seorang penggemar, ditandai dengan motivasi belajar yang menurun, runtuhnya kinerja belajar, dan kemerosotan prestasi.
Menurut Envira (2019), penggemar figur publik paling banyak berada pada rentang usia 11 – 17 tahun, alias masih berada dalam masa remaja. Usia 11 – 17 tahun juga merupakan usia produktif seseorang dalam melakoni perannya sebagai pelajar dan menjalani kehidupan akademiknya di instansi pendidikan bernama sekolah. Celebrity worship yang dilakukan penggemar akan amat menghambat proses belajarnya, seperti contohnya seorang penggemar akan merasa sulit berkonsentrasi selama pelajaran berlangsung, menganggap belajar sebagai sesuatu yang menjenuhkan atau bahkan memuakkan, dan menunda-nunda atau tidak maksimal dalam mengerjakan seperangkat tugas-tugas yang diberikan karena sibuk mencari informasi terbaru mengenai idolanya.
Aktivitas kepenggemaran tersebut menjadikannya lupa waktu, sehingga waktu yang ia lewati terbengkalai sia-sia. Hal itu dapat membuat seorang penggemar terhimpit pada tenggat waktu pengumpulan tugas dan akhirnya tidak optimal menyelesaikan tugas-tugasnya. Perihal seperti ini juga dapat terjadi pada masa-masa ujian, di mana seorang penggemar tidak terdorong untuk belajar dan masih setia menggeluti aktivitas kepenggemarannya. Kemungkinan besarnya, penggemar yang juga sekaligus merangkap sebagai pelajar aktif tersebut melalaikan belajarnya dan kelabakan dalam mengerjakan ujian, sehingga hasil yang tidak diharapkanlah yang justru didapatkan.
Sebenarnya merupakan suatu hal yang wajar apabila kita memfavoritkan seorang figur publik, Sahabat. Hanya saja kita harus pandai dalam memanajemen diri dan membatasi rasa suka sewajarnya. Jangan sampai rasa suka yang berlebihan membuat kita menjadi lupa terhadap diri sendiri dan hal-hal yang lebih penting di sekeliling kita.