email : [email protected]

24.6 C
Jambi City
Sabtu, Mei 4, 2024
- Advertisement -

Membaca Potensi Kawasan Alam Mangrove Pangkal Babu

Populer

Kuala Tungkal, Oerban.com –  Kawasan alam mangrove Pangkal Babu terletak di dusun Bahagia desa Tungkal I kecamatan Tungkal Ilir. Kita dapat sampai ke lokasi ini setelah melalui perjalanan 10 KM dari daerah pasar Kuala Tungkal atau melakukan perjalanan selama 4-5 jam dari Kota Jambi. Terdapat setidaknya 40 kepala keluarga (KK) yang tinggal didekat kawasan mangrove Pangkal Babu dan menggantungkan hidup dari hasil alam.

Sepanjang perjalanan ke kawasan Mangrove, kita akan melihat deretan tanaman kelapa, pepohonan bakau yang terdiri dari bakau gajah, bakau putih, dan bakau hitam juga tekstur tanah khas gambut yang dilubangi oleh kepiting kecil, ikan-ikan cempakul serta jarak rumah warga yang tidak terlalu rapat satu sama lain.

Mengambil cincinut di area mangrove Pangkal Babu sumber foto Novita/oerban.com

Desa ini mulai di huni oleh warga sejak tahun 1980-an. Sejak tahun 2006 lokasi desa ini sering dijadikan tempat penelitian mahasiswa dan dosen mulai dari mahasiswa Bandung, Bogor, Jambi, hingga Aceh. Mereka rata-rata berasal dari program studi kehutanan, biologi dan pertanian yang menggunakan mangrove dan biota laut sebagai objek penelitiannya.

Potensi alam kawasan mangrove pangkal babu

Ikan hasil tangkapan di perairan mangrove, sumber foto Novita/oerban.com
Pengolahan udang menjadi kerupuk, sumber foto Novita/oerban.com

Berkunjung ke kawasan alam mangrove Pangkal Babu, kita akan melihat keseharian warga yang hidup berdampingan dengan alam. Di sisi nelayan, mereka menangkap berbagai macam ikan seperti belanak, sembilang, lundu, duri, dan kakap (putih dan hitam) serta udang dan kepiting bakau. Mereka menangkap ikan dengan cara memancing menggunakan alat sederhana dan umpan cacing laut.

Dalam menangkap udang, nelayan menggunakan sundung, alat yang dibuat khusus berupa jaring yang dijalin dengan kayu di sebelah kanan dan kiri, kedua ujungnya dipasangkan sabut kelapa serta diberi tambahan kayu dibagian tengah saat akan menangkap udang.

Baca juga  Rekomendasi Tujuan Lebaran di Kota Jambi
Pak Sulaiman saat menyundung udang, sumber foto Novita/oerban.com

Terdapat kelompok KWT di Pangkal Babu yang menanam kelapa, cabai rawit, ubi kayu, sawi dan rosela saat berkunjung kesana.

“Bunga rosela kami jadikan manisan dan selai. Cabai rawit disini mudah hidup, kami juga tidak pakai pupuk kimia, semua dengan pupuk alami. Kelapanya juga lebih manis. Dulu kami juga nanam semangka” kenang bu Ifah salah satu anggota KWT.

Ironi kawasan pangkal babu

Meskipun memiliki potensi alam yang melimpah, kawasan alam magrove Pangkal Babu juga menyimpan ironi permasalahan. Desa yang terletak di sepanjang kawasan mangrove dan telah dijadikan kawasan wisata sejak tahun 2019 ini tidak memiliki listrik dan sinyal sama sekali padahal pembangunan kawasan wisata ini telah menelan angka 11,5 Miliar dana pemkab Tanjabbar.

Kondisi terkini jembatan wisata alam mangrove Pangkal Babu, sumber foto Novita/oerban.com
Papan peringatan pembuangan sampah, sumber foto Novita/oerban.com

“Susah, kalau mau dapat sinyal harus pakai antena terbatas punya warga. Penerangan di malam hari juga dari diesel yang terbatas, jadi kalau kesini benar-benar healing tidak main ponsel sama sekali” kata Hesti (22) salah satu pengunjung dari Kota Jambi.

Kawasan wisata mangrove Pangkal Babu pernah sangat populer pasca diresmikan sebagai kawasan wisata. Banyak pengunjung berdatangan saat hari-hari libur, warga juga merasakan dampak secara ekonomi karena banyaknya pengunjung. Namun, kondisi ini tidak bertahan lama seiring dengan rusaknya jembatan wisata yang dibangun oleh Pemkab Tanjabbar. Jembatan wisata yang dibangun dengan biaya yang tinggi tersebut, sejak satu tahun terakhir (2022) sudah sangat memprihatinkan kondisinya. Belum ada upaya perbaikan dari pemerintah pasca rusaknya kawasan wisata ini.

“Dibangunnya kayu, bukan beton jadi tidak bertahan sampai 5 tahun. Sekarang tidak ada lagi yang berani main kesana, takut jatuh” kata pak Sulaiman.

Editor : Renilda Pratiwi Yolandini

Baca juga  Memimpin Jambi di Era Pandemi, Haris-Sani Bisa Apa?
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru