email : [email protected]

26.7 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Keluarga Sebagai Mediator dalam Interaksi Anak dengan Media Digital (Bagian 2)

Populer

Penulis: Ghina Syauqila

Antara anak dan media digital, orang tua harus menjadi fasilitator sekaligus mediator yang baik. Dewasa kini, seluruh bahan pembelajaran barangkali dapat diperoleh dari internet, terutama dalam masa pandemi yang menekankan orang-orang di seluruh penjuru bumi untuk sering berkutat dengan gadget dan internet—bahkan anak-anak sekolah dasar kini harus menggunakan teknologi daring sebagai media pembelajaran. Gadget dan internet, merupakan hal yang amat menarik bagi anak dan remaja—apalagi anak dan remaja cenderung memiliki inisiatif yang besar, antusiasme yang tinggi, rasa ingin tahu yang banyak, dan ingin selalu mengeksplorasi hal-hal baru. Jika rasa ingin tahu dan kemauan untuk mengeksplorasi itu pada akhirnya bermuara pada ‘ketersesatan’ di dunia maya yang menjadi wadah media digital, anak atau remaja tersebut dapat terkena imbasnya, yang kemudian mulai mempengaruhi nilai-nilai dalam kehidupannya.

Rasa ingin tahu yang besar mendorong anak atau remaja untuk terus mencari tahu hal baru dan dianggap menarik, kemudian mereka akan melakukan ‘coba-coba’ untuk hal-hal baru yang mereka dapatkan tersebut. Jika hal baru yang mereka coba bersifat negatif, maka bukan tidak mungkin anak akan dikuasai oleh nilai-nilai negatif, begitu pula sebaliknya.

Namun, peran orang tua dalam mendidik anak-anak mereka juga memiliki kedudukan yang tak kalah besar—tergantung seberapa jauh didikan itu dan seberapa erat hubungan seorang anak dengan orang tuanya. Misalnya, meskipun seorang anak bersinggungan dengan hal negatif di internet, jika ia menyimpan atau memiliki nilai-nilai didikan orang tuanya yang membimbingnya untuk memilah-milah informasi yang ia dapatkan, ia akan mempertimbang-kan kembali informasi-informasi negatif yang ia dapatkan dari internet tersebut dengan nilai-nilai didikan yang diajarkan orang tuanya, sehingga besar kemungkinan ia akan mengabaikan informasi-informasi negatif tersebut dan tidak terpengaruh. Namun, ada juga faktor-faktor yang sebenarnya memengaruhi apakah seorang anak mengindahkan didikan orang tuanya atau tidak, seperti seberapa jauh persepsinya tentang kekuasaan orang tuanya untuk dirinya, kedekatan orang tuanya dengan dirinya, serta pola asuh. Contoh, jika seorang anak beranggapan bahwa orang tuanya amat dominan dan tegas, ia akan mematuhi apa yang diajarkan orang tuanya. Atau jika ia dekat dengan orang tuanya, ia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa, sehingga ia mengikuti didikan orang tuanya.

Baca juga  Kekuatan Kecerdasan Buatan: Bagaimana ChatGPT Unggul dalam Pengobatan Depresi Menurut Studi Terbaru
- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru