email : [email protected]

24.3 C
Jambi City
Rabu, April 17, 2024
- Advertisement -

Agus Prayogo, Potret Tuna Netra Penghapal Al-Quran dari Sungai Gelam

Populer

Muaro Jambi, Oerban.com – Sahabat, pernahkah kalian merasa hidup dalam kondisi yang serba kurang? Merasa kurang cantik, kurang tinggi, kurang kurus, bahkan kurang duit? Ya, admin juga merasa demikian sahabat ha ha ha. Kita sering lupa bersyukur sudah terlahir ke dunia, padahal, diluar sana ada banyak orang yang tidak seberuntung kita hari ini dan dia tidak mengeluh serta menjadi versi terbaik dirinya setiap hari.

Kali ini kita akan menyambangi kisah inspiratif yang berbeda dari sebelumnya.  Cerita ini admin dapatkan dari penelusuran tim oerban.com beberapa waktu lalu, setelah melewati jalan yang meliuk-liuk dengan lubang dan terpaan debu jalanan, sekitar 2 jam dari pusat Kota Jambi akhirnya kami tiba di sebuah rumah papan sederhana di dalamnya sudah ada seseorang yang khusyuk mendengarkan lantunan Al-Quran beserta artinya dari radio yang berada tak jauh dari dia.

Agus dan ibunya saat ditemui tim oerban.com

Agus Prayogo (20), seorang pemuda desa Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi bukanlah sosok pemuda biasa, meski dihadapkan dengan kenyataan tidak bisa melihat dunia sejak lahir, namun, ia berhasil menjadi seorang penghapal Al-Quran 30 juz. Lahir di Sengeti, 7 Mei 2002 merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Pada saat usianya menginjak 7 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia pun harus tumbuh tidak seperti anak normal, di usianya tersebut Agus masih terlihat seperti anak berusia 3 tahun, namun siapa sangka ia ternyata bisa menjadi seorang penghapal Al-Quran.

Cara menghapal Al-Quran yang dilakukan Agus

Tak seperti orang normal, dengan kondisi tuna netra dan ekonomi yang sulit, Agus tidak mendapat pengajaran Al-Quran dari proses pendidikan. Namun, pada mulanya, Agus hanya ditinggal di rumah karena kedua orang tuanya bekerja di kebun, diperdengarkan murotal Al-Quran dari sebuah radio sederhana. Saat ibunya pulang, barulah ditanyakan apakah ia sudah hapal atau belum. Begitu seterusnya, hingga murotal tersebut di putar ulang  berkali-kali dan lekat diingatannya.

Baca juga  Pentingnya Kepekaan Pemuda Muslim dengan Ekonomi Islam

”Bisa ngaji saat ditinggal dirumah sendiri dengan menyetel speaker murotal, jika pulang ditanya apakah sudah hapal atau betul” kata ibunya.

Alat bantu murotal yang digunakan Agus saat ini.

Ketika ditanya cita-citanya, Agus menjawab ia ingin menjadi seperti Syekh Mursyid yang suara mengajinya sangat indah. Agus mengkhatamkan bacaan Al-Qurannya pada hari terakhir di bulan Ramadan tahun ini, kepada kami ia mengatakan sangat bahagia. “Alhamdulillah, bersyukur bisa khatam, semoga ini bisa khatam lagi” ujarnya. Salah satu tim oerban tak ketinggalan mencoba hasil bacaan Agus dengan mengajaknya sambung ayat. 

Ternyata memang benar, Agus lancar saja melanjutkan ayat berikutnya disertai dengan arti secara lengkap. Saat kami datang pun, ibu dan anak itu sedang berpuasa sunnah, sampai disini admin tidak bisa berkata-kata lagi. Meski begitu, sahabat, memang dalam hidup akan ada-ada saja orang yang akan menguji kita. Agus juga demikian, sering mendapat hinaan dan perkataan miring tentang anggapan masa depan yang sangat terbatas, bahkan pernah saat berlebaran di rumah tetangga, ia tidak dibolehin duduk diatas kursi tamu, malah disuruh duduk di lantai tak membuat menjadi rendah diri dan pada akhirnya ia mendapat rezeki tak diduga hingga bisa membeli kursi di rumahnya.

“Biarlah anakku di dunia cacat, tidak bisa melihat, tapi insya Allah di akhirat bisa melihat, jalannya terang” ucap ibu Agus saat menceritakan masa-masa sulit tersebut. “Jika pintar ngaji, hapal Al-Quran akan ada saja rezeki, Agus pernah dikasih sepeda untuk pulang pergi tarawih. Banyak dibantu setelah hapal Quran, kalau punya keinginan, ada saja jalannya. Harus bersyukur harus ditambah hapalan, semua nikmat sudah dikasih Allah” tambahnya.

Kini selain dapat menangkis omongan yang kurang mengenakan tentang dirinya, Agus juga diminta mengaji rutin oleh warga setempat, agar mushala tidak sepi, maklum saja anak muda zaman sekarang sudah kurang interaksinya dengan tempat ibadah, hiks. Perjuangan agar bisa sampai hapal Al-Quran juga karena perjuangan ibunya, meski umur tak lagi muda, ia tak pernah lelah mengantar Agus ke pesantren dan menjemputnya saat sore hari, lalu sebelum maghrib mengantarnya kembali ke mushala dan menjemputnya setelah isya.

Baca juga  Selenggarakan NYDP, Wasril Tanjung: Kita Butuh Pemuda yang Mau Bergerak

Keberhasilan Agus menjadi penghapal Al-Quran membuat salah satu pemilik tanah di dekat rumahnya yang kagum. Ia pernah meminta izin memeluk Agus,  dia bercerita juga ingin memiliki anak yang hapal Al-Quran, bahkan ia lebih ingin  agar tanah yang ia miliki ditukar dengan anak yang bisa menghapal Quran. Gitu sahabat, jadi inspiratif itu bukan Cuma tentang duniawi, apa kabar ibadah kita, huuaaa pengen nangis.

Editor : Renilda Pratiwi Yolandini

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru