Awal-awal konflik PKS dulu, Anis Matta dan Fahri Hamzah dibuat seolah-olah terpisah. Malah keterangan resmi dari PKS terbaca seolah-olah Anis Matta menyetujui pemecatan terhadap Fahri Hamzah. Padahal, sejak awal, jelas-jelas Anis Matta mengingatkan agar tak menempuh jalan pemecatan itu. Tapi, dia memang sudah tak berkuasa dan dia pun sudah tersingkir secara semena-mena, tanpa bisa berbuat apa.
Akhirnya, semua terjawab sudah. Jalan yang ditempuh Fahri Hamzah menjadi pencerahan atau pembebasan bagi yang lain. Fahri Hamzah berhasil menahan “tangan jahat” menyentuh yang hendak menganiaya kehidupannya. Jalan-jalan kebaikan terbuka lebar di hadapan Fahri Hamzah.
Karena itulah barangkali Anis Matta diingin mengisengi Fahri Hamzah dengan membuat twit seperti di atas. Ada kepuasan, kegembiraan, dan kebahagian, saat bisa jalan bareng lagi bersama Fahri Hamzah, tanpa embel-embel apa pun dan khawatir akan dibilang apa. Dan Fahri Hamzah pastilah senyum-senyum bahagia dimention seperti itu oleh Anis Matta.
Sementara itu bendera dan spanduk Garbi dipersekusi oleh oknum, tapi sebetulnya bukan oknum, karena seperti memang diperintahkan begitu, oleh organ di mana ia dulu berawal. Bisa jadi, Prabowo tak menyebut nama Anis Matta dan Fahri Hamzah karena dipesankan betul oleh parpol yang sama. Aneh.
Rasa-rasanya mereka saja yang memiliki kampanye terbuka di GBK itu. Mestinya Gerindra dan PAN, protes. Bahkan SBY terlebih dulu protes soal inklusivitas kampanye kemarin, walau terlalu berlebihan juga. Tapi, semata-mata itu tanda ketidakbahagiaan saja.
Sementara Anis Matta dan Fahri Hamzah termasuk Fadli Zon, terlihat bahagia berada di bawah, di tengah-tengah massa. Merasa menang sudah menjegal orang, tapi yang dijegal itu justru merasa sangat bahagia, itu kekalahan berikutnya yang lebih menyakitkan. (TIM)