email : [email protected]

24 C
Jambi City
Sabtu, April 27, 2024
- Advertisement -

Balada Sepasang Kekasih Gila – Ironi Orang Gila yang Berpikir Waras dan Orang Waras yang Berkelakuan Gila

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Ada banyak film Indonesia yang diangkat dari sebuah karya sastra seperti novel. Sebagai salah satu bentuk alih wahana novel yang difilmkan kadang kalah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penyesuaian antara seluruh cerita yang disesuaikan dengan skrip film, membuat penulisnya harus jeli untuk menyesuaikan.

Akhir-akhir ini, film Balada Sepasang Kekasih Gila yang diangkat dari novel berjudul sama karya sastrawan Han Gagas cukup menarik perhatian. Diketahui, naskah novel Han tersebut telah berhasil memenangkan kompetisi Falcon Script Hunt 2020 yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures dan Kwikku.com. Naskah milik Han tersebut berhasil menyingkirkan 1.600 naskah lain.

Film ini diperankan oleh Denny Sumargo yang berperan sebagai Jarot dan Sara Fajira sebagai Lastri. Bercerita tentang dua orang gila yang masing-masing memiliki luka masa lalu, Jarot sering di bully hingga membuatnya masuk RSJ, sedangkan Lastri pernah diperkosa bahkan dipekerjakan sebagai wanita tuna susila. Keduanya bertemu secara tidak sengaja sehingga menimbulkan benih rindu dan cinta. Keduanya akhirnya menikah hingga di bagian klimaks, tanah yang mereka jadikan tempat tinggal harus digusur. 

Jarot dikeroyok oleh massa, Lastri yang ingin membantu juga ikut ditahan. Hingga janin yang Lastri kandung harus mengalami keguguran. 

Sebuah Ironi Orang Gila yang Berpikir Waras dan Orang Waras yang Berkelakuan Gila

Yang menarik dalam film ini barangkali gaya penceritaan yang disampaikan oleh anak kecil, begitu lepas dan ringan seperti halnya kehidupan orang gila yang tanpa beban. Namun, dibalik hal itu, ada banyak peristiwa ironi sebagai kritik sosial dan penggugatan dalam film ini.

Keduanya, orang yang dianggap gila oleh mereka yang waras, namun mendapatkan perlakuan gila dari mereka yang merasa waras. Peristiwa pelecehan bergilir, serta bullying oleh orang-orang dalam film ini menjadi semacam pertanyaan menggelitik, benarkah mereka yang dinilai waras dengan berbagai perlakuannya tersebut dapat disebut sebagai manusia?

Baca juga  Menjelang Ramadhan 1443 H, Global Wakaf ACT Jambi Bangun Sumur Wakaf Sebagai Solusi Atasi Kebutuhan Air Bersih di Pedalaman Muaro Jambi

Film ini cocok ditonton untuk menggugah perspektif dan naluri kemanusiaan, sebuah sajian yang tepat untuk melihat kembali kehidupan kita sekaligus ending yang cukup berkesan. Selain pertanyaan tentang dunia, penonton akan melihat pertanyaan-pertanyaan tentang ketuhanan.

“Tuhan aku lapar”

“Sepertinya Tuhan tidak mendengar, mungkin Tuhan sedang pergi ke gunung-gunung karena tidak ada lagi yang membutuhkannya. Manusia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri” Jarot, dalam Balada Sepasang Kekasih Gila.

Editor : Renilda Pratiwi Yolandini

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru