Kota Jambi, oerban.com – Dalam sejarah umat Islam, perang menjadi salah satu peristiwa penting karena ada banyak pelajaran yang dapat diambil hikmahnya hingga saat ini. Bukan tanpa sebab, peperangan seringkali terjadi karena banyak faktor, utamanya di atas dasar keimanan atas agama.
Perang juga menjadi titik balik peringatan bahwa umat muslim bukanlah kaum yang lemah. Meskipun demikian, selalu ada jalan keluar dan ampunan bagi mereka yang ingin berdamai. Salah satu perang terbesar yang pernah terjadi sepanjang sejarah adalah perang Badar.
Perang Badar merupakan perang yang terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedua sesudah Hijrah. Umat Islam berhasil memenangi perang ini. Dalam sejarah, inilah kemenangan agung pertama pejuang-pejuang Islam menentang kemusyrikan dan kebatilan.
Dalam perang ini Rasulullah memimpin langsung aksi penyerangan yang hanya melibatkan sekitar 313 orang muslim, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, dan 2 ekor kuda. Sedangkan kaum Quraisy memiliki 1.000 orang, 600 persenjataan lengkap, 700 unta, dan 300 kuda. Dikutip dari buku peperangan Rasulullah, karya Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, berikut beberapa pelajaran dan faedah perang Badar.
Beberapa pelajaran dan faedah perang Badar
Hakikat kemenangan adalah dari Allah
Hal utama dalam kemenangan pada perang Badar hakikatnya adalah anugerah dari Allah. Allah telah menjelaskan kemenangan itu tidak datang melainkan dari Allah. Seperti yang terdapat dalam Q.S. Ali Imran: 126 yang artinya “Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
Yaumul Furqan (hari pembeda)
Hari perang Badar dinamakan dengan yaumul Furqan (hari pembeda). Penamaan ini mengandung hal penting dalam kehidupan kaum muslimin. Sayyid Qutb pernah berbicara mengenai penamaan Allah untuk hari Badar. Dia berkata, perang Badar yang bermula dan berakhir dengan skenario arahan, komando, dan pertolongan Allah adalah Furqon; pembeda antara kebenaran dan kebatilan.
Perang Badar menjadi pembeda antara dua masa (fase) dalam sejarah pergerakan Islam, yakni fase bersabar menghadapi musuh (mushabarah), menahan diri (sabar), persatuan dan penantian, dan fase kuat, bergerak, menyerang dan bergerak cepat. Islam dengan ajarannya menjadi wajah baru dalam kehidupan, manhaj baru yang mengatur hidup seseorang, aturan baru bagi masyarakat, dan bentuk baru sebuah negara.
Loyalitas dan permusuhan merupakan bukti keimanan
Perang Badar telah menggambarkan kepada generasi umat Islam hal yang jelas antara wala (loyalitas) dan bara (permusuhan). Ia juga membuat pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Pembeda antara jiwa dan materi, serta menjadi pembeda sempurna antara Islam dan kekufuran. Dalam perang ini hancurlah simbol-simbol kejahiliyahan. Disana berhadap-hadapanlah anak dan bapaknya, dan seseorang dengan saudaranya.
Seperti Abu Hudzaifah bin Utbah yang berada di barisan kaum muslimin sedangkan bapaknya Utbah, dan saudaranya Syaibah berada di barisan kaum musyrikin. Begitu pula Abu Bakar Ash-Shiddiq yang berada di barisan kaum muslimin sedangkan anaknya, Abdurrahman berada di barisan kaum musyrikin dan masih banyak lagi.
Sementara itu, beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari perang Badar diantaranya, ambisi kaum musyrikin untuk menghabisi nyawa para da’i. Hal ini terjadi misalnya pada Shafwan bin Umayyah yang menggunakan hartanya untuk membayar Umair agar ikut melawan umat muslim. Kedua, terlihat kewaspadaan yang tinggi oleh para sahabat dan umat muslim yang bangga dengan ajaran Islam serta mulianya akhlak nabi.
Editor : Renilda Pratiwi Yolandini