Jambi, Oerban.com – Salah satu tujuan pembangunan yang dilakukan Kementerian Pertanian adalah untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern. Salah satunya melalui program penumbuhan wirausaha muda pertanian. Oleh karena itu, Kementan tidak pernah berhenti berupaya menghadirkan banyak petani milenial.
Berawal dari hobi menanam sayur sayuran petani milenial asal Jambi, Rusdiono mendirikan usaha penjualan sayur khusus hidroponik. Ia mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup mengkonsumsi sayur organik. Memasuki pekarangan rumah Rusdiono, Jalan Tegal RT 04 Dusun II SK 10 Desa Rantau Makmur, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi itu, mata seakan akan menjadi segar. Sejauh mata memandang terlihat daun daunan hijau terdapat beragam sayuran, salah satunya selada tertata rapi dengan wadah memanjang di pipa paralon.
Halaman hijau ini berisi sayur sayuran dikelola oleh Rusdiono. Pekarangan tersebut awalnya biasa biasa saja dan disulap menjadi kebun sayuran. Sayuran itu tumbuh segar, bukan sayur biasa melainkan sayur hasil pertanian hidroponik. Berada dihalaman tersebut, pembeli bisa memetik sayuran secara langsung. Harga jual sayur organik lebih mahal. Teknik menanam dan perawatan yang sulit membuat harganya beda dengan sayuran biasa.
Menurut Rusdiono, pria kelahiran Jambi tahun 1993 dari pasangan Kusen dan Sopiah menyulap pekarangan menjadi kebun itu bukan hanya untuk mendapatkan uang, namun untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi sayuran sehat bebas pestisida.
“Banyak yang tahu bahwa sayuran adalah makanan sehat dan mengandung banyak gizi. Namun banyak juga sayuran yang sudah terkontaminasi pestisida, kandungan gizinya juga berkurang. Dari situlah edukasi diberikan agar masyarakat mengkonsumsi sayuran sehat bebas pestisida, tegas pria yang juga merupakan guru honorer di SMP Negeri 22 Kabupaten Tanjung Jabung Timur itu.
Rusdiono menceritakan, penanaman selada hidroponik di Kecamatan Berbak ia adalah orang yang pertama. Usaha yang dia rintis sejak Desember 2020 itu telah menelan dana sebesar 15 juta rupiah . Sejak ia merintis hingga awal Maret 2021, ia telah menanam sebanyak 11 kali dengan menghasilkan pundi pundi rupiah yang cukup lumayan banyak. Pria lulusan Ilmu Perpustakaan UIN Jambi tahun 2017 itu mengaku mendapatkan ilmu penanaman hidroponik dari media sosial.
Keunggulan selada hidroponik milik Rusdiono lebih segar, rasanya manis dan renyah. Selain itu, servis yang diberikan juga bisa antar alamat. Rusdiono saat ini menjual selada denga kualitas terbaik itu dengan harga perkilo sebesar Rp. 25.000,-. Perharinya saja Rusdiono mampu menjual enam kilogram dengan pelanggan wilayah Kecamatan Berbak, Rantau Rasau dan Nipah Panjang. Kedepannya Rusdiono siap memenuhi kebutuhan pasar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur karena sayuran hidroponik saat ini mulai dilirik oleh masyarakat lantaran tak kotor terkena pasir ketika percikan hujan sehingga banyak wirausaha ayam geprek, ayam bakar dan hamburger di Kecamatan Nipah Panjang dan Rantau Rasau berlangganan dengan Rusdiono.
Sementara itu orang tua Rusdiono siap mendukung apa yang dilakukan oleh anak keenam dari enam bersaudara itu. Sangat mendukung usaha anak saya ini. Saya sebagai orang tua, kalau anak bisa sukses, orang tua juga ikut senang. Saya juga hobi menanam sayuran dari dulu sampai sekarang, ujar Kusen.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang menyinggung peran petani milenial dalam pengelolaan pertanian saat ini. Pertanian yang dibutuhkan saat ini adalah pertanian yang efektif, efisien dan transparan. Hal itu bisa dilakukan melalui petani milenial yang modern. Modern itu berarti didalamnya kita bicara SDM. Bagaimana mau cepat kalau masih pakai kendaraan kemarin. Bagaimana mau maju kalau ilmunya, teknologinya, mekanisasinya masih seperti yang kemarin, tutur Mentan.
Senada dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan guna mendukung pembangunan pertanian maju, mandiri dan modern, penyiapan dan pencetakan SDM pertanian unggulan perlu dilakukan. “Pengusaha pertanian milenial diharapkan mampu menjadi resonansi, penggebuk tenaga muda disekitarnya untuk menjadi SDM pertanian unggulan yang mampu menggenjot pembangunan pertanian menjadi pertanian maju, mandiri dan modern,” kata Dedi (WN).
Penulis: Wahyudi Narullova