email : oerban.com@gmail.com

31.4 C
Jambi City
Tuesday, May 20, 2025
- Advertisement -

Dakwah dan Pengorbanan: Ujian Cinta Sejati kepada Allah

Populer

Oleh: Habibullah*

Oerban.com Mengapa manusia perlu diuji? Karena ujian adalah cara Allah menilai sejauh mana cinta seorang hamba kepada-Nya. Bahkan, Allah telah “membeli” jiwa orang beriman dengan surga, sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka…” (QS. At-Taubah: 111)

Maka, pertanyaannya: apakah kita bersedia berdagang dengan Allah perdagangan yang dijamin untung atau memilih berdagang dengan manusia yang kadang untung dan sering rugi?

Dakwah bukan sekadar seruan, tapi juga perwujudan cinta dan pengorbanan. Orang-orang yang berinfak dijanjikan balasan hingga 700 kali lipat, bahkan lebih:

Baca juga  Pengurus IKADI Kota Jambi Resmi Dilantik, Usung Semangat Dakwah Rahmatan Lil'alamin

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki…” (QS. Al-Baqarah: 261)

Maka, pengorbanan waktu, tenaga, dan keinginan pribadi—seperti tidak pacaran, menghindari pergaulan sia-sia, serta menahan diri dari gaya hidup hedonis semua itu bernilai pahala jika dilakukan dengan niat yang ikhlas.

Perjuangan ini bukan tentang hasil, tapi tentang proses. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

Baca juga  TANTANGAN DAKWAH DI MASA DEPAN

Kita belajar dari para nabi: Nabi Ayyub diuji dengan sakit dan kehilangan segalanya selama puluhan tahun. Nabi Nuh ditolak oleh istri dan anaknya sendiri.

Nabi Muhammad SAW dicemooh dan ditentang bahkan oleh kerabatnya. Mereka semua adalah teladan tentang bagaimana cinta kepada Allah dibuktikan melalui ujian dan kesabaran.

Sayangnya, realitas hari ini menunjukkan bahwa hanya sedikit yang mau berkorban untuk dakwah. Banyak yang lebih memilih jalan pragmatis mencari kenyamanan dunia daripada kebenaran.

Di kampus, idealisme masih hidup, tapi pasca kampus, banyak yang luluh karena godaan dunia: keluarga, jabatan, dan kekayaan.

Baca juga  Dakwah: Poros Kehidupan, Organisasi, dan Perjuangan Nilai Islam

Padahal dunia ini fana. Rasulullah SAW bersabda:

“Andai dunia itu sebanding dengan sayap seekor nyamuk di sisi Allah, niscaya Allah tidak akan memberikan seteguk air pun kepada orang kafir darinya.” (HR. Tirmidzi)

Dakwah butuh pundak yang kuat bukan hanya secara fisik, tapi juga secara ruhani. Allah tidak menyukai orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri.

Islam adalah sistem kehidupan yang sempurna (kaffah), dan setiap Muslim harus berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama.

Baca juga  Semarak Milad FSLDK ke 38: Warna Baru untuk Dimulainya Dakwah di Indonesia

Maka, jika kita ingin menjemput kemenangan hakiki surga kita harus bersedia berkorban: waktu, tenaga, harta, dan kenyamanan. Sebab, berjuang di jalan dakwah bukanlah pilihan, melainkan kewajiban.

“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya…” (QS. Al-Hajj: 78)

Beribadahlah kepada Allah hingga maut menjemput. Itulah sebaik-baik istiqamah.

*Penulis merupakan Aktivis Pergerakan KAMMI

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru