email : [email protected]

23.6 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Film Selesai – Sebuah Representasi Beban Ganda untuk Perempuan

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Sebagai sebuah karya visual, film tak lepas dari penilaian para penontonnya. Dari pengamatan gambar, tata pencahayaan, hingga bagian krusial seperti cerita dan perwatakan tokoh memiliki satu kesatuan yang akan memunculkan kesan tertentu. 

Dunia perfilman tanah air belakangan ramai dengan perbincangan film karya Sutradara, Tompi hingga menjadi trending topik di sosial media Twitter hingga beberapa saat. Banyak yang mengkritik bahkan menjustifikasi film ini buruk. Ada pula mereka yang mengapresiasi.

Sebuah karya memang tidak bebas nilai, sebagai kritik, tentu ini merupakan masukan yang baik untuk karya Tompi selanjutnya. Terlepas dari asumsi publik, kita perlu jernih menilai sesuatu. 

Tentang film Selesai

Film Selesai bercerita tentang perselingkuhan Broto (Gading Marten) dengan Anya (Anya Geraldine) yang telah diketahui oleh istrinya Ayu (Ariel Tatum). Setting lokasi banyak mengambil tempat dirumah Ayu dan Broto. 

Adegan adu mulut Ayu dan Broto yang akan bercerai terhenti karena kedatangan ibu Broto. Ibunya tersebut, sangat menyayangi Ayu sebagai menantu. Ia juga memiliki keinginan untuk mendapat cucu dari keduanya. 

Menggunakan alur campuran, film ini memiliki titik klimaks saat perdebatan Ayu dan Broto didepan ibunya. Pada saat inilah, ibunya tersebut membeberkan bahwa ia mengetahui apa yang dilakukan oleh Broto dan Anya. Ayu pun tak luput dari pantauan, dirumah itu PRT yang diperkerjakan ternyata suruhan ibunya Broto, dan menguak hubungan gelap antara Ayu dan Dimas, adik Broto.

Kenyataan terjawab di akhir, meski sempat dekat, Ayu ternyata tidak benar-benar selingkuh dengan Dimas. Ini terkena mental sejak saat mengetahui Broto berselingkuh dengan Anya. Film ditutup dengan kedatangan Anya didepan semua orang yang mengaku positif hamil, dan Broto yang telah berencana akan menikahinya. Setting Ayu selanjutnya berada di rumah sakit dalam kondisi yang tidak waras. 

Baca juga  Layangan Putus, Antara Kesetiaan dan Pilihan

Beban ganda Ayu sebagai istri dan menantu

Ayu dalam film ini digambarkan sebagai istri yang harus menerima kenyataan bahwa suaminya selingkuh, tak hanya itu, beban dari mertua yang menginginkan cucu secara halus juga terlihat dari film ini. Ayu sebagai perempuan menjadi representasi perempuan yang mendapat beban ganda.

Permintaan cerai yang tidak di afirmasi oleh suaminya, juga perlakuan suaminya yang tetap selingkuh membuat ia menjadi subjek yang tidak dapat menentukan sendiri keinginannya. Kehadiran ibu mertua yang telah mengetahui kelakuan anaknya juga tidak serta merta membiarkan Ayu pada pilihannya. Sosok Ayu yang digambarkan sebagai perempuan yang diam dirumah lebih dekat dengan stereotip kemelekatan pada suami. Bahkan ia dituduh hanya menginginkan harta oleh Broto.

Beban ganda dan nasib Ayu sebagai perempuan yang malang dan berakhir di rumah sakit jiwa ini yang membuat banyak orang geram. Normalisasi keadaan perempuan dan akhir cerita yang dinilai lebih menenangkan sosok Broto membuat nilai edukasi terhadap peran dan perjuangan perempuan terasa kecut. 

Film ini dapat dengan mudah dipahami, dengan setting tempat yang relatif kecil. Film ini juga menampilkan beberapa adegan dewasa dan perkataan tak senonoh. Meski sedikit terhibur dengan akting peran pembantu dan pacarnya, Bambang, yang melarikan uang tabungannya meski telah berjanji untuk menikah,  namun secara khusus film ini kurang berhasil menanamkan nilai-nilai keberpihakan pada si korban sehingga seolah melanggengkan praktik yang tidak benar.

Editor : Renilda Pratiwi Yolandini

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru