email : [email protected]

24.5 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Hakikat Self-Healing: Menumbuhkan Self-Love yang Sesungguhnya

Populer

Jakarta, Oerban.com – Sahabat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari kita sering mengalami berbagai ekspresi emosional, hari ini bisa saja kita bahagia dan tertawa, besok bisa jadi kita bersedih karena atau masalah. Hari ini melambung oleh motivasi, esok tiba-tiba sesak oleh demotivasi. Hari ini dinikmati dengan suka cita, sampai-sampai tersenyum sendiri menjelang tidur. Namun, esok hari, tiba-tiba dunia terlihat begitu kelam, membuat menangis beberapa waktu.

Dalam psikologi fase up dan down dalam kehidupan seseorang yang seperti roller coaster memang saling melengkapi, ya. Namun, tidak seorang pun dapat mengelak dari luka yang tiba-tiba menggempur tanpa aba-aba. Ada saja hal-hal yang memberikan warna cerah, gerah, bahkan warna kelabu yang menjarah jiwa hingga menjadi lelah, resah, dan gelisah.

Mulanya, luka yang menyayat barangkali membuat diri merasa tak dicintai, tak berharga, dan tak berguna. Hidup pun seakan-akan diliputi selimut kesenduan yang membekap ketenangan jiwa dan diri terasa tak berdaya untuk mampu membebaskan diri darinya.

Tidak ada yang salah dengan fase ‘merasa terkurung’ untuk beberapa saat, karena itu akan memberikan kita ruang hanya untuk diri sendiri. It’s a natural process. Sangat wajar dan manusiawi. Jangan merasa khawatir jika kita tiba pada fase ini. Justru, dalam ruang itulah, seseorang dapat mengkaji dan merefleksikan emosi yang menggelutinya, menjernih-kan pikiran, memahami diri, dan memikirkan segala cara untuk ‘sembuh’ untuk menemukan kedamaian. Proses menyembuhkan diri ini dijuluki ‘self-healing’. Self-healing adalah proses penyembuhan luka batin seseorang dengan bantuan kekuatan di dalam diri yang dimilikinya.

Dalam hidupnya, seseorang tak hanya sekali melakukan self-healing, kemudian seterusnya dirinya akan merasa ‘baik-baik saja’. Namun, selama rentang hidupnya itulah seseorang akan berulang kali melakukan self-healing, karena nyatanya, seseorang memang tak akan pernah terlepas dari jeratan luka. Self-healing tersebutlah yang akan membantunya tidak hanya untuk ‘sembuh’, namun juga untuk ‘tumbuh’. Tumbuh untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain, menerima dan memahami diri seutuhnya, lalu memberikan cinta yang sempurna untuk diri, hingga diri dapat berkembang secara positif menjadi sosok yang teraktualisasi.

Baca juga  Anomali Istilah Self-Love: Mencintai Diri Sendiri atau Justru Mencintai Ego Sendiri?

Masing-masing orang memiliki caranya sendiri dalam menempuh perjalanan self-healing. Yang pasti, dalam konteks self-healing, cara-cara penyembuhan tersebut haruslah cara yang positif dan membangun diri, bukan dengan merusak dan menghancurkan diri melalui cara negatif. Cara-cara self-healing inilah yang menjadi tanda dari keunikan masing-masing individu. Ada yang menyembuhkan diri dengan berobat pada Tuhan alias beribadah untuk menemukan kedamaian jiwa yang hakiki; menyelami hobi, seperti menulis dan melukis untuk membantu merefleksikan perasaan dan memperbaiki mood; membaca buku self-improvement atau menghadiri seminar psikologi untuk memburu insight yang dapat menata pandangan diri menjadi lebih baik; bercerita dengan orang kepercayaan untuk mendiskusikan solusi terbaik; berolahraga; traveling; atau me time.

Menghadapi luka dan merawatnya dengan self-healing juga akan memberikan seseorang kesiapan dalam bertemu fase down berikutnya dengan emosi yang lebih stabil dan keadaan yang lebih baik. Self-healing sebenarnya bisa diilustrasikan seperti tingkatan demi tingkatan yang berpuncak pada penemuan jati diri seseorang seutuhnya, yang mana setiap melalui satu tingkatan, diri seseorang akan berkembang menjadi lebih baik secara psikologis.

Saat ditempa dalam tingkatan-tingkatan tersebut, seseorang dapat belajar dan berproses yang menghadirkan cinta pada dirinya sendiri. Cinta kepada diri sendiri alias self-love inilah yang menjadi kekuatan dalam diri untuk dapat melewati tingkatan-tingkatan berikutnya. Mengapa demikian? Karena proses self-healing membutuhkan dan melibatkan cinta pada diri sendiri! Proses self-healing biasanya dimulai dari tahap di mana seseorang cenderung belum dapat menerima apa yang menimpanya, sehingga dirinya dipadati emosi negatif. Inilah saatnya seseorang perlu berproses melakukan penerimaan terhadap apa yang terjadi. Untuk menerima apa yang terjadi, seseorang pasti memerlukan kekuatan cinta terhadap dirinya sendiri. Cinta itulah yang akan mendorongnya untuk mengikhlaskan segala yang terjadi agar dirinya dapat terbebas dari keterpurukan dan menemukan kelegaan.

Baca juga  5 Jenis Love Language dan Peranannya dalam Hubungan Interpersonal yang Harmonis

Penulis: Novita Sari

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru