Oerban.com – Calon Presiden Republik Indonesia, Anies Baswedan sudah memastikan diri bersama Muhaimin Iskandar untuk maju sebagai Capres dan Cawapres di Pemilu 2024.
Bermodal dukungan dari NasDem dan PKB, Anies kini sudah mengantongi tiket Presidential Threshold (PT) 20 persen.
Di hari yang sama, pada Sabtu (2/9/2023) lalu, Partai non parlemen, Gelora juga sudah memastikan diri untuk all out mendukung Prabowo Subianto.
Sementara di belahan lain koalisi Pilpres 2024, PDIP dan PPP akan segera bertemu untuk membahas perkembangan yang terjadi pada Senin esok (4/9).
Peta Terkini Pilpres 2024, Koalisi Pastikan Diri Oposisi Makin Tersisih
Pada periode pemerintahan Presiden Jokowi, terhitung hanya ada dua partai di parlemen yang memposisikan diri sebagai oposisi, yaitu Demokrat dan PKS.
Selebihnya, PDIP, Gerinda, Golkar, PKB, NasDem, PAN, dan PPP solid mengawal pemerintahan Presiden Jokowi hingga usai masa jabatannya.
Kini partai-partai koalisi pendukung Jokowi tersebut sudah memastikan diri untuk bertarung di Pilpres 2024.
Nasdem misalnya, partai yang dinahkodai Surya Paloh ini sudah sangat solid untuk mendukung Anies usai menggaet PKB. Sehingga tanpa kehadiran Demokrat dan PKS pun, koalisi tetap punya kans yang besar untuk menang jika ditilik dari sebaran suara elektoral yang merata di Pulau Jawa.
Gerinda juga sama, partai berlambang Garuda ini makin kokoh usai masuknya Golkar dan PAN ke dalam barisan koalisi. Kini Prabowo CS telah menamai diri dengan Koalisi Indonesia Maju.
Di sisi lain, PDIP sebagai partai pemenang tidak tergoyahkan sama sekali. Tanpa adanya koalisi, partai yang mengusung Ganjar ini tetap bisa melenggang ke arena Pilpres 2024.
Di tengah kepastian nasib para pendukung Jokowi, partai oposisi justru sedang berada dalam kegamangan, terlebih Demokrat yang sudah memastikan diri mundur dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Sementara Partai Keadilan Sejahtera (PKS), meski terang-terangan menyatakan masih mendukung Anies, tetap saja tidak bisa membohongi publik jika sedang berada pada fase dilematis.
Buktinya, kini PKS belum menegaskan dukungannya pada Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres pendamping Anies. Alasan PKS adalah sedang menunggu keputusan dari Majelis Syuro.
Masuknya PKB ke dalam barisan pendukung Anies memang bukan kabar yang baik bagi PKS, selain ideologi yang bersebrangan, posisi PKS dalam koalisi juga semakin lemah, sebab partai yang mengaku punya basis NU itu telah melengkapi tiket pencalonan yang dibutuhkan NasDem.
Bahkan saat gelaran deklarasi Anies-Muhaimin sehari yang lalu, Surya Paloh tidak sedikit pun menyinggung PKS dalam pidatonya. Di luar juga tidak berkibar satu pun bendera wana oren dari PKS.
Lalu, mengapa PKS tetap rela melabuhkan dukungannya pada Anies? Jawabannya hanya satu, PKS tak lagi punya pilihan lain.
Dari tiga bursa calon yang ada, pilihan yang paling rasional memang hanya Anies. Tidak mungkin bagi PKS untuk berada dalam satu barisan dengan PDIP, sebab basis pendukung keduanya sangat bertolak belakang.
Jika pergi ke Prabowo, tentu juga sama, karena baik Ganjar maupun Prabowo, keduanya bagian kental dari pemerintahan, sangat tidak relevan dengan narasi dan aksi yang digaungi PKS selama hampir 10 tahun belakangan.
Tarik Ulur Cawapres Ganjar dan Prabowo, Demokrat Masih Ngotot Dorong AHY?
Cepat atau lambat, Demokrat pasti akan mengumumkan dukungan pada calon presiden yang ada, dari tiga opsi, kini tinggal dua yang tersisa.
Nilai tawar Demokrat tidak setinggi dalam KKP sebelum masuknya Muhaimin. Maka secara realistis, kesempatan AHY untuk masuk ke dalam bursa Cawapres hampir tidak ada sama sekali.
Untuk Ganjar, posisi Cawapres telah diincar sejak awal oleh PPP dengan menyodorkan nama Sandiaga, figur muda yang punya modal besar.
Selain itu sebagai partai besar, PDIP tidak akan mau disetir, karena berdiri sendiri pun tetap bisa mengusung Paslon untuk bertarung.
Kendati begitu, Sandiaga kini menjadi kunci untuk memaksa Demokrat memilih. Karena jika tidak, tentu ada kemungkinan PPP akan membentuk poros baru bersama Demokrat dan PKS.
Seandainya Demokrat memilih Prabowo, AHY lebih tidak mungkin untuk mengisi posisi Cawapres, pasca kehilangan basis suara NU dengan mundurnya PKB, Prabowo berpeluang besar memilih Erick Thohir.
Maka, pupuslah mimpi Demokrat untuk mengusung AHY. Kecuali jika PPP dan PKS sudi untuk bersama-sama membangun koalisi baru.
Zuandanu Pramana Putra, Pemimpin Rediksi Oerban.com