Kota Jambi, Oerban.com – Sahabat, saat kita telah beranjak dewasa ketika itu pula kita berhadapan dengan dunia pekerjaan. Mungkin saat kecil kita merasa ingin cepat beranjak dewasa, bisa terbebas dari aturan dan pergi kemana saja. Nyatanya menjadi dewasa ternyata tidak semenyenangkan yang kita pikir saat kecil, ya, hu hu.
Kali ini rubrik inspirasi oerban tidak bercerita tentang seseorang yang memiliki omset milyaran, pemilik perusahaan atau prestasi nasional akan tetapi kita akan mengenal sosok perempuan muda yang bekerja sebagaimana pedagang kaki lima. Kiki Wulandari (22) namanya, lahir di Jambi, 25 April tahun 2000. Merupakan alumni SMA Nusantara Jambi.
Jika sahabat berjalan-jalan di daerah Pematang Sulur, Kota Jambi cobalah untuk menengok atau mampir di warung bakso sebelah kiri, kira-kira 100m dari Alfamart. Disana sahabat akan menjumpai Kiki yang berjualan bakso seorang diri.
Berjualan
Kiki merupakan anak dari keluarga menengah kebawah, saat SMA ia sudah membantu ibunya menjual gorengan di lapak sarapan pagi tak jauh dari rumahnya. Ia menjual bakso yang bumbunya ia racik sendiri. Sekitar pukul 15.00 wib biasanya Kiki sudah menyiapkan segala kebutuhan jualan, barulah pada pukul 16.00 wib gerainya dibuka dan tutup pukul 20.00 wib.
Dari pengamatan tim oerban.com, Kiki merupakan pedagang yang ramah. Terbukti, tak sedikit pelanggannya berdatangan dari rentang usia yang bermacam-macam. Bakso yang dijual Kiki dibanderol harga yang murah dan variatif, pelanggan dapat membeli mulai dari 6.000 hingga 15.000 per porsi, isiannya pun beragam mulai dari bakso urat, telur, tahu, pangsit, mie kuning, kuah, dan lain-lain.
Tak sampai di sana, ternyata Kiki juga menjual bubur ayam di pagi hari pukul 06.00 -11.00 siang. Menjalankan peran sebagai penjual bakso dan bubur ayam tak serta merta membuat Kiki merasa rendah diri, ia terlihat ceria dan enjoy menjalankan apa yang dilakoninya. Saat ditanya mengenai pekerjaannya, jawaban Kiki bisa membuat kita jengah sahabat.
“Kalo dibilang insecure atau malu, iya, mungkin sampai sekarang. Kawan-kawan pada glowing, kuliah, dan nongkrong kerjaannya, tapi berusaha untuk tetap semangat. Lebih suka dengan orang yang good attitude, daripada cuma good looking.” Kata Kiki
Bekerja
Bekerja bagi Kiki merupakan upaya untuk bersyukur dan menjalankan hidup yang telah dianugerahkan sang pencipta kepadanya. Kiki mengatakan, sebelum berjualan seperti sekarang, ia sudah banyak melamar pekerjaan di berbagai tempat namun akhirnya pilihannya jatuh pada upaya berjualan bakso dan bubur ayam.
“Sudah banyak masukin lamaran, ada ke Mall, rumah makan, toko sepatu. Tapi dak cocok sama kawan kerjo, gaji dan mencukupi sampe sering nangis karena terlalu capek.
Kiki menceritakan bagaimana rekan kerjanya mengatakan perkataan yang tidak layak padanya, sering dimarahi bos karena tidak hapal menu dan pekerjaan yang membuatnya tidak bisa beristirahat cukup. Ketika ditanya apa saja pencapaiannya selama bekerja, Kiki menjawab pelan dan berhati-hati.
“Alhamdulillah bisa bantu orang tua, bisa beli kendaraan walaupun ditalangi dulu, bisa investasi dalam bentuk barang. Sekarang juga alhamdulillah kalo mau beli baju bisa beli sendiri, kalo dulu dak biso. Jualan bakso sebulan bisa dapat Rp.800.000 kalo bubur ayam Rp. 1.200.000”
Menariknya, Kiki juga rutin mengaji Al-Quran dan hadis loh sahabat. Ditengah kesibukannya berjualan, membantu orang tua dan lainnya, ia juga punya jadwal mengaji tetap di masjid. Menurut dia, menjadi seorang muslim memang harus terus belajar, bukan hanya mengejar dunia, tapi juga menyiapkan bekal untuk akhirat. Dengan usia yang terbilang cukup muda tersebut, Kiki memperlihatkan pada kita bahwa akan selalu ada kemudahan jika kita sungguh-sungguh berusaha. Kiki juga membawa pesan pada kita untuk senantiasa mandiri dan tidak bergantung pada siapapun, masyaAllah.
Editor : Renilda Pratiwi Yolandini