email : [email protected]

30.5 C
Jambi City
Senin, April 29, 2024
- Advertisement -

Membaca dan Menulis Wujud Profesionalitas Guru

Populer

Oleh : Robial, S.Pd *

Berita tentang rendahnya literasi di Indonesia membuat kita sedih dan miris. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pernah melakukan penelitian pada tahun 2016 terhadap 61 negara di dunia yang menunjukan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong rendah.  Hasil studi yang dipublikasikan dengan nama “The World’s Most Literate Nations”, menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana (Kompas.com. 2019).

Pada tahun 2019 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Indeks Alibaca) di 34 Porovinsi yang merupakan akumulasi dari empat dimensi, antara lain Dimensi Kecakapan, Dimensi Akses, Dimensi Alternatif, dan Dimensi Budaya. Hasil kajian ini mengahasilkan :

  1. Indeks Alibaca nasional masuk dalam kategori aktivitas literasi rendah, sedangkan pada indeks provinsi sebanyak 9 provinsi masuk dalam kategori sedang, 24 provinsi masuk dalam kategori rendah, dan 1 provinsi masuk dalam kategori sangat rendah. Artinya, baik secara nasional maupun provinsi tidak ada yang masuk kategori tinggi.
  2. Dari peringkat Indeks Alibaca provinsi, terdapat tiga provinsi yang memiliki angka indeks tertinggi, yaitu DKI Jakarta yang menduduki posisi pertama, disusul D.I. Yogyakarta, dan Kepulauan Riau. Sedangkan tiga provinsi yang memiliki indeks terendah antara lain Papua, Papua Barat, dan Kalimantan Barat.

Berkaca dari data diatas, salah satu faktor pendukung penguatan literasi adalah guru. Guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan literasi disekolah dan lingkungan. Guru berperan sebagai informan dan fasilitastor dalam mencari, mengakses dan menyaring informasi. Untuk mendukung peran guru tersebut maka guru harus terlebih dahulu membaca dan menulis. Kegiatan literasi ini merupakan wujud kompetensi profesional yang wajib dimiliki seorang guru.

Guru yang suka membaca setidaknya akan :

  1. Memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan hal-hal yang tidak bermamfaat (seperti, mengobrol dan debat kusir)
  2. Memilki waktu lebih banyak untuk menggali pengetahuan
  3. Akan memiliki cara pandang yang bijaksana
  4. Memiliki wawasan yang luas untuk menulis

Sebaliknya, guru yang rabun membaca akan menjadikan guru tersebut mempunyai wawasan yang rendah dan tidak bisa menjadi motivator, fasilitator dan informan bagi siswa dan orang disekitarnya. Guru sebagai motivator dan fasilitator akan menjadi cermin dan tauladan oleh siswa-siswannya. Guru yang suka membaca dan menulis (sangat mungkin) dapat melahirkan generasi yang suka membaca dan menulis.

Disamping itu juga guru dituntut untuk melakukan Pengembangan Keprofesian berupa Publikasi Ilmiah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor. 16 Tahun 2009 tanggal 10 November 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, guru yang akan naik pangkat mulai dari pangkat/ jabatan Guru Pertama golongan III/b ke pangkat/jabatan golongan ruang yang lebih tinggi mensyaratkan adanya unsur pengembangan diri dan publikasi ilmiah/karya inovatif. Hal ini bermaksud agar guru lebih meningkatkan produktifitas dalam menulis.

Penulis adalah guru di Sarolangun

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru