email : [email protected]

24.6 C
Jambi City
Kamis, April 25, 2024
- Advertisement -

Mengatasi Depresi Pasca Persalinan

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Melahirkan tidak hanya menyebabkan tubuh perempuan mengalami beberapa penyesuaian hormonal, tetapi juga kenyataan adanya manusia baru yang selalu membutuhkan kasih sayang setiap waktu.

Semua perubahan itu pada awalnya dapat menyebabkan perasaan sedih, stres, dan cemas bagi sebagian orang. Kondisi “baby blues” ini sebagai bagian normal dari pemulihan pasca persalinan , tetapi biasanya hilang 1-2 minggu setelah melahirkan.

Namun, tidak sedikit ibu baru yang masih berjuang tersebut juga mengalami depresi pasca persalinan (PPD) , yang ditandai dengan gejala yang lebih parah yang berlangsung lebih lama daripada baby blues.

Depresi pasca persalinan, atau PPD, adalah bentuk depresi klinis yang dimulai setelah kelahiran bayi. Gejala umum meliputi kehilangan selera makan, menangis berlebihan atau kelelahan, kesulitan menjalin ikatan dengan bayi, kegelisahan dan insomnia, kecemasan dan serangan panik
merasa sangat kewalahan, marah, putus asa, atau malu. Tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan PPD, seperti jenis depresi lainnya, mungkin ada beberapa hal yang berbeda.

Periode postpartum adalah waktu yang sangat rentan dimana banyak penyebab umum depresi klinis , seperti perubahan biologis, stres ekstrim, dan perubahan besar dalam hidup, semuanya terjadi sekaligus.

Penting untuk mengetahui beberapa hal yang terjadi setelah melahirkan, seperti kurang tidur, tubuh mengatasi fluktuasi hormon utama, pulih dari peristiwa fisik melahirkan termasuk intervensi medis atau operasi, tanggung jawab baru dan menantang. Seorang perempuan setelah melahirkan juga sangat mungkin kecewa dengan proses persalinan dan merasa terisolasi, kesepian, bahkan bingung.

Berapa lama masa depresi pasca melahirkan

Karena PPD dapat muncul di mana saja dari beberapa minggu hingga 12 bulan setelah kelahiran, tidak ada jangka waktu rata-rata yang ditetapkan. Tinjauan studi tahun 2014 menunjukkan bahwa gejala PPD membaik dari waktu ke waktu, dengan banyak kasus depresi sembuh 3 hingga 6 bulan setelah dimulai. Dalam ulasan yang sama, ada juga pasien yang masih berurusan dengan gejala PPD jauh melampaui tanda 6 bulan.

Baca juga  Menko Airlangga: Perempuan Jadi Aktor Penting Penopang Ekonomi

Data dari 30%-50% persen memenuhi kriteria untuk PPD 1 tahun setelah melahirkan, sementara kurang dari setengahnya yang diteliti masih melaporkan gejala depresi 3 tahun pasca persalinan.

Faktor resiko dalam kondisi ini bisa diperparah dengan riwayat depresi atau penyakit mental, kesulitan menyusui, kehamilan atau persalinan yang sulit,
kurangnya dukungan dari pasangan atau anggota keluarga dan teman-teman, perubahan hidup besar lainnya yang terjadi selama periode postpartum, seperti pindah atau kehilangan pekerjaan, serta riwayat PPD setelah kehamilan sebelumnya.

Mengatasi depresi pasca persalinan

Ada beberapa cara untuk memudahkan penanganan depresi pasca persalinan, namun hal ini akan bertambah buruk jika kondisi sosial dengan pasangan dan keluarga juga memburuk. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), ketika seseorang memiliki PPD, pasangannya menjadi dua kali lebih mungkin untuk mengembangkannya juga.
Selain itu, keluarga dan teman-teman sebagai orang-orang terkasih lainnya mungkin curiga bahwa ada sesuatu yang salah atau menyadari bahwa tingkah aneh tidak seperti kalian sendiri, tetapi mereka tidak tahu bagaimana membantu atau berkomunikasi tentang itu. Jarak ini dapat menyebabkan meningkatnya perasaan kesepian.

PPD juga dapat mempengaruhi hubungan dengan bayi. Selain mempengaruhi cara merawat bayi secara fisik, PPD dapat mempengaruhi cara menjalin ikatan dengan bayi setelah lahir. Ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada hubungan emosional yang sudah ada dengan anak-anak yang lebih besar. Beberapa peneliti bahkan percaya bahwa PPD mungkin memiliki efek jangka panjang pada perkembangan sosial dan emosional anak. Studi 2018 menemukan bahwa anak-anak peserta penelitian yang memiliki PPD lebih mungkin untuk memiliki masalah perilaku sebagai anak-anak dan depresi sebagai remaja.

Selain berkonsultasi dengan dokter, kalian perlu menerima kondisi ini dengan terus merawat dan mencintai bayi kalian sebaik mungkin. Jangan berhenti jika proses pengobatan belum berhasil, temukan cara terbaik untuk mengatasi depresi kalian, minta bantuan orang-orang terdekat. Bila perlu lakukan terapi, selain itu juga penting untuk mengetahui kondisi ini sejak awal.

Baca juga  Penasaran dengan Rasa Air Susu Ibu (ASI), ini Jawabannya

*Artikel ini disarikan dari laman healthline.com

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru