email : [email protected]

27.5 C
Jambi City
Jumat, April 26, 2024
- Advertisement -

Model PjBL Untuk Penguatan Karakter Peserta Didik dalam Menghadapi Era Society 5.0

Populer

Penulis: Tessa Destia Putri Lisa & Westi Widia Wati (Mahasiswa Magister Pendidikan Fisika UNP)

Revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup, pola pikir dan cara kerja manusia. Era ini ditandai pesatnya globalisasi dan digitalisasi segala aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Kondisi ini menuntut manusia agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, sehingga, manusia hanya terfokus pada penggunaan teknologi saja. Rahayu (2021) menyebutkan bahwa peran guru di era Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, sebab guru tidak boleh menitikberatkan tugasnya hanya pada transfer ilmu, akan tetapi lebih menekankan pendidikan karakter, moral dan keteladanan. Sebab, transfer ilmu dapat digantikan oleh teknologi namun, penerapan softskill dan hardskill tidak bisa digantikan dengan alat maupun teknologi canggih.
Society 5.0 muncul sebagai bentuk antisipasi dari rasa khawatir oleh invasi Revolusi Industri 4.0 yang terus menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan. Konsep Society 5.0 ini muncul pertama kali di Jepang pada 21 Januari 2019 dengan tujuan menciptakan tatanan masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Dapat dikatakan bahwa era Society 5.0 lebih menekankan kepada penanaman nilai-nilai karakter ke dalam diri seseorang dengan cara memanfaatkan teknologi dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya meningkatkan pendidikan karakter dengan menciptakan program gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang termaktub dalam delapan butir Nawacita (Jumarudin et all., 2014). Terdapat lima elemen nilai karakter dalam dimensi pendidikan yang perlu untuk digalakkan, yakni karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
Hasil angket peserta didik yang dilakukan di SMAN 1 Pinggir, menunjukkan nilai karakter nasionalis dan integritas peserta didik secara berturut-turut sebesar 81,69 % dan 79,57 % dengan kategori baik. Sedangkan, nilai karakter religius, mandiri dan gotong royong peserta didik secara berturut-turut sebesar 64,68 %, 65,69 %, dan 65,41 % dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan belum seluruh peserta didik menerapkan nilai karakter secara maksimal. Pernyataan tersebut diperkuat melalui hasil wawancara guru yang mengajar di SMAN 1 Pinggir. Guru mengungkapkan bahwa nilai karakter peserta didik semakin mengalami penurunan, terlebih lagi dengan sistem pembelajaran daring, sehingga menambah kesulitan guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran secara optimal. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan sebuah upaya atau solusi terhadap penguatan nilai-nilai karakter terutama dalam mempersiapkan peserta didik menghadapi era Society 5.0.
Salah satu solusi dari permasalahan di atas, yakni menerapkan model Project Based Learning (PjBL). Model PjBL merupakan salah satu model pembelajaran student centered anjuran Kurikulum 2013 yang melibatkan peserta didik dalam suatu proyek sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Langkah-langkah operasional PjBL berdasarkan Depdikbud (2016) meliputi penentuan pertanyaan mendasar, menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evaluasi pengalaman.
Nilai karakter dapat dibentuk dan ditanamkan melalui pembelajaran berbasis proyek. Pendapat ini didukung dengan penelitian Ayurachmawati (2018) yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam setiap sintaks model PjBL. Ia mengungkapkan model ini membantu peserta didik memperoleh pengetahuan baru, mengembangkan keterampilan sosial dan kerja tim serta sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA yang dapat mengembangkan nilai karakter yang diinginkan dan ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rais (2010) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan kreativitas, inovasi, kerjasama tim, dan kemampuan berkomunikasi dengan baik.
Beberapa penelitian lainnya yang mengungkapkan pembelajaran berbasis proyek dapat mengembangkan karakter peserta didik. Seperti pada penelitian Lukitaningsih (2018) menunjukkan bahwa model pembelajaran PjBL mampu meningkatkan karakter nasionalis, gotong royong dan mandiri peserta didik. Sejalan dengan itu, hasil penelitian Marichah (2016) menunjukkan terjadi peningkatan nilai karakter jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, dan kerjasama, pada setiap siklus pembelajaran yang dilakukan menggunakan model PjBL. Selain itu, penelitian yang dilakukan Anita (2017:1) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa.
Dengan berbagai riset oleh para peneliti menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter dapat ditanamkan dan dibentuk melalui model PjBL, sekaligus mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik. Model PjBL memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kreativitas, kemandirian, sikap nasionalis, religius, dan gotong royong pada langkah-langkah pembelajarannya. Oleh karena itu, model PjBL dapat dijadikan solusi untuk penguatan karakter peserta didik dalam menghadapi era Society 5.0 ini.

Baca juga  Kunjungi Ketua DPD RI, Panglima TNI Dukung Aparat Tak Represif ke Mahasiswa
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru