email : [email protected]

33.4 C
Jambi City
Senin, April 29, 2024
- Advertisement -

Penulisan Naskah Filler untuk Radio

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Naskah filler merupakan naskah radio yang berisi sebuah deskripsi ataupun informasi mengenai suatu kebudayaan, tradisi, kesenian dan hal-hal unik lainnya yang berkembang dan menyatu dengan masyarakat sekitar sedangkan pengertian filler itu sendiri adalah suatu bentuk acara yang menyajikan beberapa pendapat singkat tentang sesuatu peristiwa atau acara dengan mengajak pendengar untuk ikut berperan aktif didalamnya biasanya filler berdurasi 1-2 menit saja.

Proses pembuatan filler itu sendiri melalui beberapa tahapan yaitu mencari topik atau hal-hal  menarik yang ingin diangkat, melalui beberapa pertimbangan, jika topik yang akan dibahas sudah pas dan cocok kemudian kita langsung turun kelapangan untuk mendapatkan informasi mengenai topik yang akan dijadikan sebuah naskah filler.

Dalam proses penulisannya, untuk dapat menjadi filler yang utuh, juga membutuhkan narasumber untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan, selanjutnya informasi yang didapatkan tersebut dirangkai dengan kalimat yang baik dan benar ataupun dengan kalimat yang mudah dimengerti oleh khalayak ramai atau masyarakat pendengar setia radio. Setelah selesai, barulah naskah tersebut masuk kepada tahap rekaman, tahap editing, lalu naskah siap untuk disiarkan.

Naskah filler dapat saja berbeda sesuai dengan lokalitas budaya daerah setempat, karena biasanya naskah ini diangkat dari kebudayaan lokal dimana radio tersebut berlokasi.

Dalam hal ini, penulis yang sempat praktik kuliah lapangan di salah satu radio, LPP RRI Jambi biasanya mendengar produksi filler diperuntukkan siaran programma 4, ensiklopedia budaya keindonesiaan. Berikut beberapa produksi filler yang pernah ditulis untuk produksi RRI Jambi.

Makan Kelung

Makan kelung, merupakan tradisi yang terdapat di Mendahara, Kab. Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Tradisi ini merupakan tradisi lama yang sudah jarang dilaksanakan oleh warga setempat karena tradisi ini dilakukan saat warga masih memeluk kepercayaan animisme dan dinamisme. Perpindahan kepercayaan masyarakat kepada agama Islam disinyalir menjadi penyebab kurangnya minat warga untuk melakukan tradisi ini.

Baca juga  Contoh Penulisan Naskah Mini Legenda RRI JAMBI

Makan kelung merupakan serangkaian ritual yang dilakukan apabila salah seorang warga mengindap penyakit aneh berupa bengkakan di sekujur tubuh atau biasa disebut penyakit kutukan.

Ketika mengetahui ada warga yang terkena penyakit kutukan, maka para tetua desa akan segera membuat ritual makan kelung sebagai permohonan kepada roh-roh halus agar orang tersebut bebas dari penyakit kutukan. Kelung disini diartikan sebagai roti berbentuk buaya yang dibuat sendiri guna diserahkan kepada roh-roh tersebut.

Rangkaian ritual ini dimulai dari penyiapan sesajen oleh orang-orang tertentu yakni ibu-ibu yang tidak lagi terkena haid. Selanjutnya, dukun kampung akan memilih waktu yang tepat dimana seorang yang terkena penyakit diletakkan dalam sebuah kamar khusus untuk nantinya diarak bersama-sama menuju sungai dan dibersihkan disana.

Mandi Sapar

Di desa Air Hitam Laut Kab. Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi terdapat tradisi Mandi sapar yang telah ada sejak tahun 1965. Tradisi ini terus berkembang dan dilaksanakan masyarakat setempat hingga saat ini. Tradisi mandi sapar identik dengan masyarakat bugis.

Pada mulanya, mandi sapar hanya dilakukan secara pribadi dirumah masing-masing dengan cara merendam daun yang telah ditulis doa kedalam bak mandi. Namun, saat ini proses mandi sapar diadakan di pantai air hitam laut.

Proses mandi sapar dilakukan dengan beberapa tahapan. Peserta akan menuliskan ayat-ayat Al-Quran yang diawali kata salamun sebanyak tujuh ayat pada selembar daun. Proses ini dilakukan pada malam hari.

Pada pagi hari berikutnya, sebuah menara berisi telur matang diletakkan di tepi pantai. Lalu, para pejabat daerah akan memberikan sambutan sebelum proses mandi dilakukan. Setelah itu, seluruh peserta akan mandi bersama di pantai air hitam laut dengan membaca niat. Seluruh peserta yang  datang diharuskan mandi. Jika tidak, orang-orang akan secara otomatis menggotongnya ke pantai. Setelah dua jam acara pun selesai dan ditutup dengan salam-salaman.

Baca juga  La Nyalla Ajak Pemangku Kepentingan Bersinergi Jaga Warisan Budaya Indonesia

Tradisi ini diprakarsai oleh K.H. Arsyad selaku kepala desa yang mengacu pada dua kitab yaitu Ta’liqah dan Abwab Al-Faraj yang bertujuan untuk kepentingan sosial, ekonomi dan spiritual.

Tari Bedeti

Tari bedeti merupakan salah satu seni pertunjukan Suku Anak Dalam Kecamatan Pelepat Kab. Bungo Provinsi Jambi yang nyaris punah. Pada zaman dahulu, ritual tarian ini difungsikan untuk turun mandi ke sungai atau perayaan satu bulan kelahiran anak bayi.

Tarian ini juga berfungsi sebagai doa keselamatan penjaga komunitas Suku adat terpencil Suku Anak Dalam dan sebagai nasihat dalam perkawinan.

Tarian ini biasa dilakukan bertiga, berempat, atau berenam sesuai ketersediaan penari. Semua penarinya wajib perempuan suku anak dalam. Perlengkapan yang digunakan dalam menari hanya kain panjang dan selendang saja.

Jika dulu, kain panjang digunakan sebagai kemben karena tidak memakai pakaian lagi, kini kain panjang dililitkan ke pinggang sebagaimana memakai rok. Pakaian yang dipakai pun bebas, namun tetap menggunakan selendang sebagai atribut dalam pertunjukkan.

Gerakan tari bedeti sangat tenang namun tetap memiliki kesan yang kuat. Saat penari meliukkan jemari dan tubuhnya, seorang dukun sakti atau orang yang dituakan melafalkan mantra yang dinyanyikan. Senandung ini dinyanyikan tanpa iringan musik. Gerakan tarian akan berhenti bilamana yang disenandungkan oleh seorang dukun telah usai.

Editor : Renilda Pratiwi

 

 

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru