Pertama, Fimiliar dengan fitur-fitur gadget smartphone
Biasanya generasi yang lahir diera 80an sudah tidak asing dengan fitur-fitur yang ada di gadget yang mereka miliki. Apalagi generasi yang lahir tahun 2000an yang dikenal sebagai generasi milenial. Namun bagi mereka yang lahir dibawah 70an umumnya masih belum familiar dengan fitur-fitur yang ada di gadget yang mereka miliki. Padahal semakin canggih smartphone, fitur yang ada semakin lengkap. Disinilah perlunya untuk mengenal fitur-fitur yang ada dismartphone, sehingga kegunaannya makin maksimal.
Setiap penyuluh bisa mengkases informasi setiap saat dengan mengaktifkan fitur notifikasi yang ada dimedia yang diakses, sehingga ketika ada informasi terbaru maka akan langsung masuk pada pesan notifikasi handphonenya. Atau bagi penyuluh yang aktif bersosial media, maka dalam smartphone sudah bisa diunduh berbagai aplikasi sosial media, terutama aplikasi-aplikasi yang memang perlu dan wajib dimiliki oleh penyuluh, misal Facebook, Instagram dan Youtube. Dimana aplikasi-aplikasi ini sangat membantu tugas penyuluh dalam menyampaikan informasi teknologi termasuk mempublikasikan kegiatan yang mereka lakukan dilapangan. Sehingga smartphone yang dimiliki tersebut tidak mubazir, yang biasanya hanya digunakan untuk chating saja.
Kedua, Aktif mempromosikan produk-produk petani
Kelemahan sistem pemasaran selama ini adalah terlalu panjang mata rantai pemasaran sehingga harga yang diterima oleh petani sangat rendah. Inilah poin penting dalam depat capres dan cawapres kemaren. Agar mata rantai ini tidak terlalu panjang, dan petani bisa lebih menikmati harga produk pertaniaannya, maka pemanfaatan teknologi digital mesti segera dilakukan.
Namun pertanyaannya kemudian muncul, bahwa tidak semua petani mampu menggunakan smartphone, bagaimana mungkin memanfaatkan teknologi digital ini?
Disinilah peran penyuluh pertanian, dimana penyuluh pertanian harus mampu menjembatani gap yang ada dengan ikut secara aktif mempromosikan produk-produk petani yang ada diwilayah binaannya. Bahkan dibeberapa daerah, para penyuluh juga aktif menjual secara langsung produk petani mereka diberanda media social yang dimiliki. Hal ini terbukti ampuh untuk memutus mata rantai pemasaran yang panjang sehingga merugikan petani.
Ketiga, Digitalisasi kegiatan penyuluh pertanian
Tak heran jika ada anggapan bahwa kegiatan penyuluhan seolah ketinggalan zaman, padahal materi penyuluhan sangat inovatif. Kenapa bisa demikian, salah satu faktornya adalah kemasan produk dan cara mempromosikannya. Termasuk juga dengan produk-produk pertanian yang dimiliki oleh petani, kenapa masih kurang laku padahal sudah mempromosikannya melalui media online?
Salah satu penyebab hal tersebut terjadi adalah tampilan. Diantara yang menarik perhatian orang adalah ketika kegiatan, produk dan sejenisnya yang dilakukan oleh penyuluh pertanian ditampilkan semenarik mungkin.
Hampir 60% pengguna smartphone lebih suka melihat youtube dibanding yang lain, sehingga penyuluh pertanian mesti mendigitalisasi kegiatan-kegiatannya sekaligus mendigitalisasi produk-produk petani yang ada diwilayah binaannya.
Digitalisasi ini bisa dengan fotography dan lebih menarik lagi dengan videography berbasis smartphone.
*Penulis adalah Widyaiswara BPP Jambi – Kementerian Pertanian sekaligus Ketua Umum KA KAMMI Provinsi Jambi