Oleh: Syamsudin Kadir*
Oerban.com – Reformasi bergulir pada Mei 1998, yang dinamikanya sudah dimulai sejak awal 1998, bahkan tahun 1997. Reformasi menandai adanya perubahan dalam berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukan saja berdampak pada adanya amandemen konstitusi atau UUD 1945 yang berlangsung 4 kali amandemen, tapi juga perbaikan di berbagai lini institusi dan kelembagaan negara. Hal ini berdampak pada perjalanan sejarah Indonesia dari waktu waktu ke waktu, hingga saat ini usia 27 tahun reformasi.
Salah satu elemen yang berperan dalam melahirkan reformasi ’98 adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). KAMMI merupakan organisasi berbasis mahasiswa muslim yang mulai dibentuk pada forum aktivis dakwah kampus yang berlangsung di Malang, Jawa Timur. Lalu pada 29 Maret 1998 di sela-sela forum tersebut disepakati sekaligus didirikanlah KAMMI dengan mendaulat Fahri Hamzah sebagai Ketua Umum pertama. Berikutnya proses pergantian Ketua Umum berlangsung beberapa kali disertai berbagai dinamikanya.
Sejak berdiri hingga saat ini KAMMI sudah melakukan proses kaderisasi, konsolidasi dan memiliki alumni yang cukup banyak. Menurut sebagian alumni, jumlah alumni KAMMI sudah mencapai puluhan ribu. Namun sebagian ada juga yang menyatakan bahwa alumni KAMMI sudah mencapai ratusan ribu orang. Data pastinya bisa diketahui bila dibentuk data base alumni berbasis daerah bahkan perguruan tinggi. Alumni KAMMI sendiri tersebar di berbagai institusi dan lembaga. Baik di pemerintahan maupun non pemerintahan. Kiprah semacam ini sudah berlangsung sejak awal berdiri hingga saat ini.
Kiprah alumni KAMMI bukan saja di sektor politik dan birokrasi pemerintahan tapi juga di sektor bisnis dan ekonomi, bahkan ada juga yang aktif di sektor pendidikan, sosial kemasyarakatan dan LSM. Alumni KAMMI ada yang aktif di berbagai partai politik dan menjadi pejabat publik, termasuk menjadi anggota DPR dan DPRD di berbagai wilayah dan kota atau kabupaten. Termasuk beberapa di antaranya menjadi kepala daerah di kabupaten tertentu. Mereka berkiprah dalam rangka menjalankan amanah sebagai wakil sekaligus pemimpin bagi masyarakat.
Tak sedikit alumni KAMMI yang berkarir sebagai guru dan dosen bahkan menjadi pimpinan di berbagai lembaga pendidikan. Di samping itu, ada juga yang mendirikan lembaga pendidikan dan menjadi owner lembaga pendidikan. Ada juga yang menjadi pengawas dan tutor pendidikan. Belakangan ada juga yang menjadi menteri dan kepala daerah.
Di samping itu, ada juga yang menjadi hakim, jaksa dan pengacara. Termasuk menjadi pengusaha, pejabat di BUMN dan BUMD, penggiat UMKM, pelaku ekonomi kreatif, petani, buruh dan nelayan.
Alumni KAMMI juga ada yang berkarier sebagai dokter, bidan dan perawat. Aktif di berbagai lembaga sosial dan organisasi keagamaan. Ada juga yang berperan di lembaga survei, konsultan politik dan penggiat media massa. Ada juga yang menjadi penulis, seniman, budayawan dan sastrawan.
Di samping itu ada juga yang menjadi staf ahli, tenaga ahli dan staf khusus pejabat tertentu. Alumni KAMMI juga ada yang aktif di travel haji dan umroh, di samping menjadi muthowif dalam berbagai momentum. Dan masih banyak lagi.
Apapun profesi atau karier yang ditempuh, alumni KAMMI tetaplah sosok yang memiliki keunikan dan dikenal profesional sekaligus berintegritas. Sampai detik ini, alumni KAMMI belum ada yang terlibat kasus korupsi dan belum ada yang dipenjara gegara merampok uang negara atau APBN dan APBD.
Alumni KAMMI degan segala dinamikanya tetap memiliki imunitas yang kuat dalam menghadapi berbagai godaan yang melanggar hukum. Alumni KAMMI masih dinilai layak dipercaya dan unggul dalam banyak sisinya.
Selama beberapa tahun terakhir, organisasi alumni KAMMI dibentuk. Saya tak perlu menyebut nama dan siapa saja pengurusnya. Satu hal yang pasti, berbagai organisasi alumni yang telah dibentuk belum benar-benar mewakili seluruh alumni KAMMI.
Walau begitu, ikhtiar untuk membentuk organisasi semacam itu layak diapresiasi. Minimal untuk mewadahi alumni yang pernah aktif di KAMMI. Proses evaluasi dan saling menghormati antar organisasi perlu ditingkatkan dengan tetap menjaga persaudaraan dan nilai-nilai perjuangan yang pernah diperoleh di KAMMI.
Dalam rangka menyolidkan kekuatan alumni KAMMI, saya mengusulkan agar dibentuk forum tertentu berdasarkan profesi atau kariernya, lebih dari organisasi seperti yang sudah ada saat ini. Teknisnya, dibentuk organisasi yang berbasis pada latar profesi atau karier dengan cluster yang sesuai.
Pengelompokan semacam ini sangat mungkin dibentuk seiring bertambahnya alumni KAMMI dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Selain membangun soliditas alumni lintas generasi, adanya organisasi berbasis profesi atau karier dapat memudahkan konsolidasi serta upaya ekspansi peran di berbagai sektornya, kini dan di masa mendatang. (*)
*Penulis Buku “Optimisme KAMMI Merawat Indonesia.