Oerban.com – Pernahkah kamu merasa tertekan baik secara mental maupun fisik, karena tugas sekolah, suasana rumah, atau bahkan urusan pekerjaan? Kondisi ini kita kenal dengan stres, yaitu sebuah reaksi normal ketika tubuh mendapat tekanan.
Sayangnya masih banyak masyarakat menganggap kondisi stres sebagai gangguan kesehatan mental dan dapat mengancam keselamatan jiwa. Padahal, pada realitanya siapa pun dapat mengalami stres kapan pun dan di mana pun.
Berikut penjelasan mengenai stres dari sudut pandang psikologi. Yuk disimak!
Kupriyanov dan Zhdanov pada tahun 2014 menyatakan bahwa stres merupakan sebuah komponen kehidupan modern, pada dasarnya stres sudah menjadi bagian yang melekat dengan kehidupan sehingga tidak bisa dielakkan. Setiap orang dapat mengalami stres baik itu anak-anak, remaja, dewasa, ataupun yang sudah memasuki usia senja. Namun, masih banyak masyarakat yang masih salah paham terkait kondisi stres ini.
Kesalahpahaman mengenai stres pada sebagian masyarakat karena banyak yang mengira stres itu bersifat negatif dan membahayakan. Oleh karena itu, mereka akan mencoba untuk menghindarinya. Padahal stres itu adalah reaksi spontan yang dapat dikelola bukan dihindarkan.
Stres juga tidak selamanya memberikan dampak negatif. Stres juga dapat berbentuk positif jika seseorang dapat membuat manajemen pengelolaan stres dengan baik.
Faktanya, saat menghadapi kondisi stres, tubuh manusia akan mengaktifkan berbagai mekanisme perilaku dan psikologis sebagai bentuk respons atau pertahanan diri. Artinya tubuh kita sebenarnya berusaha menyesuaikan diri untuk mengembalikan tubuh ke kondisi normal.
Stressor (peristiwa yang menyebabkan stres) memicu seseorang untuk mencari mekanisme koping atau perubahan yang lebih adaptif, termasuk reaksi perilaku, aktivasi saraf simpatik atau medula adrenal, sekresi hormon stres (misalnya, glukokortikoid dan prolaktin) serta mobilisasi sistem imun.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan kondisi yang dapat dikenali. Ketika seseorang berhasil mengenali gejala stres, maka dia juga dapat menentukan serangkaian perilaku ataupun reaksi yang akan dia tampilkan untuk mencegah stres.
Oleh karena itu, di bawah ini akan diuraikan jenis-jenis stres agar kamu dapat menentukan reaksi yang tepat ketika menghadapi stres. Pernyataan ini secara tidak langsung juga menjelaskan bahwa stres tidak memberikan bahaya apapun karena respons yang diberikan ketika menghadapi stres lah yang justru menentukan bahaya atau tidak nya stres tersebut.
Dalam ilmu psikologi, stres tidak hanya bersifat negatif namun juga dapat memberikan dampak positif, berikut paparan mengenai jenis-jenis stres:
Distres
Menurut National Library of Medicine stres memberikan dampak negatif, distres dapat terjadi setelah terjadinya stres akut maupun kronis (stres berkepanjangan). Seperti contoh, ketika seseorang mengalami tekanan pekerjaan mereka cenderung memendam kondisi tersebut sehingga meluapkannya ke diri sendiri ataupun keluarga di rumah.
Eustres
Berbanding terbalik dengan distres, eustres justru memberikan dampak yang positif dan menguntungkan bagi seseorang. Kondisi ini terjadi ketika seseorang mampu mengenali kondisi stres yang tengah dialami dan menentukan strategi coping stress yang tepat.
Selain mengenali jenis-jenis stres, kamu juga dapat mempelajari strategi coping stres yang efektif agar saat dalam kondisi stres muncul kamu dapat menemukan respons yang tepat.
Secara umum, strategi coping stress terbagi menjadi problem focused coping dan emotion-focused coping. Problem focused coping merupakan strategi penanganan stres yang berfokus untuk menyelesaikan permasalahan, sedangkan emotion focused coping adalah strategi penanganan koping yang berfokus pada penyelesaian emosi yang diterima.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa stres bukanlah gangguan kesehatan mental, melainkan sebuah kondisi normal yang menimbulkan beragam respons perilaku. Respon perilaku ini lah yang memicu beberapa reaksi yang terkadang bersifat negatif dan membahayakan sehingga masyarakat menganggap stres dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental.
Penulis: Nanda Aulia Putri
Sumber referensi:
- Andriyani Juli, 2019. Stretegi Coping Stres Dalam Mengatasi Problema Psikologis. At-Taujih. 2(2). Halaman 37-41.
- Lumban Gaol, 2016. Teori Stres : Stimulus, Respons dan Tranksaksional. Buletin Psikolog. 4(24). Halaman 1-9.
- National Library Of Medicine : Definisi Stres dan Distres
- Baptis Seto Stefania, dkk, 2020. Hubungan Motivasi Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa Dalam Menulis Tugas Akhir (Skripsi). Jurnal Basicedu. 4 (3) Halam 734-738.

