email : [email protected]

22.9 C
Jambi City
Thursday, December 5, 2024
- Advertisement -

Zina itu Hampir Dikatakan Halal

Populer

Oleh: Hazmin Nabit Alfayyadh

Oerban.com – Dua hari yang lalu saya dan teman, nongkrong sambil berdiskusi di angkringan pinggir jalan. Maklum, mahasiswa seperti kami harus berfikir dua kali bahkan lebih, jika hendak duduk di coffe shop.

Yakin dan percaya bahwa semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. Dan benar, pada akhirnya duduk diangkringan merakyat yang langsung berpemandangan jalan ternyata ada hikmahnya. Saya justru merasa lebih dekat dengan masyarakat, melihat fenomena sosial dengan lebih jelas dan aktual, bahkan mengilhami saya untuk menulis tulisan ini.

Ada satu fenomena yang sampai saat tulisan ini dibuat, saya masih saja geram akan tetapi hanya bisa mengelengkan kepala, mengelus dada sambil beristighfar kepada Allah.

Setiap hari, saya selalu menemukan pasangan muda-mudi dengan mesranya berboncengan menaiki motor. Sebagai muslim yang baik, tentu saya harus berprasangka baik akan hal tersebut. Mungkin saja mereka adik dan kakak dari orang tua yang berbeda, atau mungkin mereka hanya teman yang kebetulan mesra.

Saya juga pernah iseng menghitung banyaknya sepasang muda-mudi yang berboncengan lewat di depan saya. Hasilnya cukup mencengangkan, dalam satu menit, ada sekitar 5-10 pasangan yang lewat sambil menaiki motor.

Ada juga kejadian lainnya yang semakin membuat saya geram. Saya selalu rutin mampir ke perpustakaan, dalam seminggu kadang bisa dua-tiga kali kunjungan. Dan faktanya, dalam setiap kunjungan saya ke perpustakaan kota dan juga provinsi, pasti akan ada pasangan yang berdua-an dipojok-pojok perpustakaan.

Lagi-lagi saya dituntut untuk berprasangka baik, mungkin saja mereka pasangan yang berkedok mengerjakan tugas kelompok. Dan mungkin dua fenomena di atas hanyalah kebetulan saya saja, tapi tentu tidak ada salahnya untuk memvalidasi sendiri kebetulan-kebetulan saya tersebut.

Baca juga  Bersikeras Ingin Masuk, Demo Mahasiswa di DPRD Provinsi Jambi Ricuh

Kejadian seperti ini bukan hanya sekali atau dua kali saya temui, bukan pula berkurang malah semakin terus bertambah. Sebagai seorang yang diberikan akal dan pendidikan agama sedari dini, tentu saya mempertanyakan hal tersebut, seakan-akan ada yang salah dengan masyarakat kita. Bias fenomena yang semakin hari semakin diamini berjama’ah oleh masyarakat saat ini. Pengaruh dari westernisasi, media sosial, serta lemahnya pendidikan agama.

Orang Tua Saya Boleh-Boleh Saja

Orang tua dan keluarga terdekat pasti memberikan pengaruh yang besar dalam tumbuh kembang moralitas agama seorang anak. Saya cukup binggung dengan kondisi seperti ini. Ke mana perginya peran orang tua dan keluarga yang seharusnya mengawasi, mengarahkan, serta mendidik anak-anaknya ke jalan yang benar. Aneh, sepertinya orang tua di zaman ini sudah menganggap normal jika anak-anaknya berpacaran.

Saya teringat sebuah kisah yang diceritakan oleh guru saya. Beliau bercerita tentang kondisi sosial masyarakat Jambi Kota Seberang sebelum tahun 1970. Beliau bilang, anak-anak perempuan pada masa itu adalah emas, mereka tidak boleh meninggalkan rumah sendirian, kemudian senantiasa berpakaian tertutup, dan dijaga dengan sangat ketat. Batas-batas pergaulan muda-mudi yang jauh dari pergaulan bebas.

Tapi apalah daya, zaman terus berubah, perkembangan teknologi yang begitu pesat semakin mempercepat globalisasi. Pada akhirnya masuk pula kebudayaan-kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai lokal dan syariat Islam.

Masyarakat Lebih Suka Menggrebek dari pada Mencegah

Lucu tapi nyata, masyarakat saat ini lebih suka menggerebek pasangan muda-mudi yang berbuat zina, ketimbang mencegah sebelum perbuatan tersebut terjadi. Pasalnya dalam hukum adat Jambi, pasangan bukan mahram yang bernasib sial kemudian ketangkap basah oleh warga, akan dikenakan sanksi adat yang disebut cuci kampung.

Baca juga  Menolak Narkoba, Memilih Pemimpin yang Berintegritas dan Bebas Narkoba

Cuci kampung berarti akan ada makan-makan besar, pasalnya pelaku akan dimintai menyembelih kambing kemudian dihidangkan kepada masyarakat di lingkungan tersebut. Masyarakat kita lupa bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati. Sehingga apabila praktik pacaran masih saja dibiarkan maka akan timbul penyakit-penyakit sosial yang lebih parah.

Guru dan Calon Guru Juga Manusia, Wajar jika Pacaran

Guru dan terutama calon guru, mahasiswa sarjana pendidikan justru lebih parah lagi. Dengan dalih bahwa guru dan calon guru juga manusia, lantas wajar kalau mereka juga ikut-ikutan pacaran.

Ada lagi argumen lainnya, praktik pacaran yang dilakukan oleh guru dan calon guru berbeda dengan pacaran yang biasanya dilakukan oleh muda-mudi lainnya. Pasalnya karena mereka sudah lebih berpendidikan, lebih tahu batas-batas normal dalam berpacaran, sehingga bisa disebut pacaran mereka adalah pacaran versi syar’i.

Lucu, menarik, sekaligus kacau. Sepertinya pernyataan bahwa guru itu diguguh dan ditiru, sudah tidak relevan lagi di masa ini. Lebih baik kita menuntut ilmu kepada kyai Google, Gus Al, dkk.

Mahasiswa sarjana pendidikan juga sama-sama mengecewakan. Alih-alih memberikan nafas segar perubahan menuju yang lebih baik, malah justru menambah pesimisme kemunduran kualitas pendidikan moral. Berdasarkan survey kecil-kecilan yang saya lakukan, hampir 70% mahasiswa sarjana pendidikan sudah terjebak dalam praktik pacaran.

Praktik-praktik yang bukan lagi mendekati tapi sudah jelas adalah zina dinormalisasi sebagai sebuah perbuatan yang wajar. Orang tua akan merasa wajar kalo anaknya keluar pada malam minggu bersama dengan seseorang yang bukan mahramnya. Masyarakat juga merasa wajar kalau sepasang muda-mudi berdua-duaan, yang penting adalah akan ada hajatan makan- makan besar, hasil pengrebekan. Para pelajar akan menganggap bahwa pacaran adalah hal biasa, karena guru-gurunya juga pacaran. Dan pada akhirnya sepakat bahwa zina adalah halal.

Baca juga  Membangun Harapan Petani Padi dan Palawija Jambi
- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru