AZIM, TAN MALAKA MASA KINI?
Oleh : Hendri. Y*
Anak ini unik, berbeda dengan rekan seangkatannya, ia bisa dengan mudah beradapatasi dengan siapapun bergaya mutual namun epik. Tak dinyana akhirnya ia pimpin sebuah organisasi yang saya pernah dibesarkan didalamnya. Ya organisasi itu bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang sering disingkat dengan KAMMI.
Pertemuan dengan Azim terjadi saat Keluarga Alumni KAMMI mengadakan pengukuhan kepengurusan pada 15 April 2018. Saat itu dengan gaya meyakinkan Azim tampil didepan forum membawakan agenda acara pengukuhan.
Berbeda dengan teman-teman sebayanya, Azim tidak canggung saat beridiskusi, beradu argumen dan bercanda dengan lawan bicaranya. Lawas tanpa ba bi bu tak layaknya anak muda lain yang lebih banyak “malu” ketimbang berani.
Saat beberapa berdiskusi, terlihat anak ini punya sesuatu dibanding dengan teman-temannya. Saya berpikir, ciri khas anak minang betul, lugas tanpa tedeng aling-aling. Sekilas cara pandang dan cara berpikirnya mirip dengan Chairul Saleh, aktivis perjuangan kemerdekaan yang memaksa Dwi Tunggal Soekarna-Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Anak Silungkang Kota Sawah Lunto ini bersama-sama rekan-rekannya menculik Soekarno dan Hatta ke Rengas Dengklok agar mau mendeklarasikan Indonesia. Dan sejarah kemudian mencatat bahwa jiwa revolusioner yang dimiliki Chaerul Saleh dkk inilah yang membuat Indonesia merdeka.
Akan tetapi, setelah direnungkan, rupanya anak ini (Azim) lebih mirip dengan Tan Malaka. Pola pikirnya lebih mendalam meskipun belum terasah betul, maklum masih se umur jagung. Jika diasah dengan cara yang tepat bukan tidak mungkin Tan Malaka akan “hidup” kembali. Karena biasanya seseorang yang punya talenta leadhership akan lebih menonjol dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.
Tan Malaka yang lahir di Pandam Gadang mungkin tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi petualang sampai ke Eropa, Eropa Timur, China, dan berbagai negara yang sempat disingggahinya. Karena Pandam Gadang sendiri adalah suatu desa yang sangat terpelosok. Jauh dari pusat keramaian. Mana mungkin anak-anak yang bahkan untuk membeli permen saja tidak mampu justru suatu saat akan melanglang buana keliling dunia. Itulah yang dialami oleh Tan Malaka. Tokoh Pendiri Republik Indonesia.
Tan Malaka adalah sosok revolusioner sejati, tokoh pemikir yang sepanjang jalan hidupnya punya ide dan narasi yang sangat luar biasa. Disaat orang-orang masih bergumul dengan teori-teori filsafat, Tan Malaka sudah membuat peta jalan tentang Republik Indonesia. Orang besar hidup dengan ide dan gagasan sedang pecundang hidup dengan nyiyir dan kepandiran.
Itulah yang perlu dilatih oleh seorang Azim, mampu membuat narasi tentang masa depan tidak hanya bagi KAMMI yang sedang dipimpinnya, tapi juga narasi masa depan bangsa Indonesia yang sedang berada dipersimpangan jalan. Untuk memulainya haruslah menjadi manusia yang “hidup merdeka” seperti slogan Said Didu dibaju kaos yang selalu dipakainya. Hidup Merdeka sebagaimana termaktub dalam kredo gerakan KAMMI adalah guiden seorang aktivis untuk tampil kepermukaan, namun jika masih berada dalam bayang-bayang akan membuat seseorang limbung dan tak tentu arah. Menjadi pak turut yang selelu mengekor kemana tuannya membawa. Hidup Merdeka adalah makna sejati dari kalimat Syahadah, bahwa hanya Allah-lah yang wajib ditakuti. Dua buah kalimat yang akhirnya merubah jalannya sejarah kehidupan manusia.
Semoga dengan amanah baru ini Muhammad Azim mampu membawa KAMMI kembali kepada khittah perjuangannya, dan menjadikan KAMMI sebagai organisasi yang terbuka bagi siapapun serta mampu menjadi organisasi yang merekatkan semua elemen bangsa yang kini berada dititik nadir perseteruan.
Selamat buat Azim, jadilah diri sendiri.
Penulis : Ketua Alumni KAMMI Provinsi Jambi sekaligus Founder Oerbanesia
