Oleh : Ghina Syauqilah
Sarjana Psikologi UNJA
Kampus, bagi mahasiswa, tidak hanya menjadi tempat berkuliah, melainkan juga ajang bersosialisasi dan mengembangkan diri dalam berbagai organisasi kampus yang ada. Mulai dari Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan, Dewan Perwakilan Mahasiswa, Rohis, Unit Kegiatan Mahasiswa yang meliputi minat dan keilmuan mahasiswa, dan sebagainya.
Tak jarang mahasiswa tergoda untuk mengikuti banyak organisasi alias multi organisasi sekaligus. Faktornya bisa beraneka macam: karena minat pribadi, output dan fasilitas organisasi yang terbukti cemerlang, kegiatan-kegiatan organisasi yang asyik, networking, ajakan kakak tingkat, atau sekadar ikut-ikutan teman. Tapi sebenarnya, multi organisasi itu lebih banyak dampak baik atau dampak buruknya ya, Sahabat? Yuk, kita bahas satu-satu!
Multi organisasi berarti multi peran
Ketika kita mengikuti banyak organisasi sekaligus, itu berarti kita harus siap untuk menyandang banyak peran di saat yang sama pula. Di organisasi A, sebagai sekretaris; di organisasi B, sebagai kepala departemen; di organisasi C, sebagai staf departemen; dan sebagainya. Itu baru tugas fungsional jabatan. Belum lagi dalam tiap-tiap kegiatan organisasi terdapat kepanitiaan yang kita dipastikan harus terlibat di dalamnya sebagai bagian tanggung jawab. Pertanyaannya, jika Sahabat bergabung dengan banyak organisasi, siapkah Sahabat menjalani multi peran?
Multiperan sama dengan multitasking
Masih soal multiperan, sesungguhnya multiperan tak pernah terlepas dari yang namanya multitasking. Di kampus, Sahabat tentu tidak hanya berorganisasi, bukan? Ada kuliah yang harus dijalani dan tugas-tugas kuliah yang dikerjakan, di mana keduanya tak akan pernah terpisahkan dari kehidupan kampus Sahabat. Bayangkan jika kita mengikuti banyak organisasi, lalu dalam waktu dekat semuanya memiliki agenda berturut-turut atau ada jobdesc yang harus Sahabat kerjakan dengan tenggat waktu tertentu. Dapat dipastikan tiap hari Sahabat akan mengurus organisasi. Bisa jadi, karena mengurus organisasi terus-menerus, Sahabat kewalahan sampai keteteran mengerjakan tugas kuliah dan belajar, atau bahkan tidak punya waktu untuk beristirahat. Kalau pun beristirahat, rasanya tidak tenang karena selalu dikejar-kejar ini dan itu.
Multitasking akan menyebabkan kita tidak fokus karena terburu-buru dalam bekerja agar bisa segera selesai dan berpindah ke pekerjaan lainnya. Akibatnya kinerja kita menjadi tidak maksimal sehingga hasil yang dihasilkan pun tidak terlalu memuaskan. Jika tadinya dengan fokus seharusnya Sahabat bisa bekerja totalitas sampai mencapai nilai 99, misalnya, multitasking yang menyita fokus bisa jadi hanya akan membuat Sahabat mencapai nilai 60. Kinerja Sahabat bisa dinilai biasa-biasa saja. Selain itu, multitasking menyebabkan kebingungan dilematis, energi terkuras dalam jumlah besar, merasa cemas, emosi tidak stabil, rendahnya sikap disiplin, kelalaian terhadap pekerjaan, dan melandai-nya kualitas kerja. Akibatnya, ada amanah-amanah yang di lalaikan dan kewajiban-kewajiban yang terbengkalai. Jika hal ini terjadi, tentu akan merepotkan orang lain di organisasi tersebut karena organisasi berbasis kerjasama, kolaborasi, dan sinergitas para anggotanya.
Pilihlah organisasi yang benar-benar dibutuhkan dan sesuai kemampuan
Mahasiswa juga banyak tergugah dengan gelar “mahasiswa produktif”, di mana masih banyak yang salah kaprah menilai arti “produktif” di sini. Produktif biasanya dialamatkan pada mahasiswa yang berkiprah di banyak organisasi, padahal makna produktif sebenarnya adalah fokus dan berkonsentrasi pada suatu target dengan tujuan tertentu sampai target tersebut tercapai dengan maksimal. Sehingga dengan anomali istilah produktif yang demikian, mahasiswa berlomba-lomba bergabung dalam banyak organisasi. Padahal sebetulnya, tak semua organisasi tersebut benar-benar dibutuhkan oleh diri.
Jadi, pilihlah organisasi yang dibutuhkan saja dan sejalan dengan tujuan dan rencana masa depan Sahabat. Misalnya Sahabat adalah mahasiswa kedokteran yang nantinya ingin menjadi dokter.
Sahabat dapat memilih organisasi yang mendukung Sahabat untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dokter. Organisasi yang dipilih tak hanya harus satu. Bisa dua atau tiga, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Sahabat. Kemampuan di sini merujuk pada apakah Sahabat nantinya sanggup menjalani amanah yang akan diemban di organisasi tersebut.
Memaksimalkan potensi dalam organisasi yang dipilih
Apabila Sahabat telah memilih organisasi, maka fokuslah pada organisasi tersebut. Berkomit-menlah untuk benar-benar mengembangkan diri dan mengkontribusikan usaha terbaik di dalamnya. Mengerahkan konsentrasi, potensi, dan upaya yang maksimal di satu organisasi jauh lebih baik dibandingkan berbagi fokus di beberapa organisasi. Hal ini karena energi dan waktu kita sebagai manusia terbatas.
Manajemen waktu
Manajemen waktu selalu menjadi isu yang penting untuk mahasiswa. Selain berorganisasi, kita tentu memiliki kesibukan yang lain pula, bukan? Salah satunya berkuliah. Jangan sampai saking padatnya jadwal organisasi kita, kita jadi melupakan dan mengabaikan diri sendiri yang butuh istirahat atau menjaga kesehatan. Merawat keharmonisan hubungan dengan keluarga atau teman juga perlu.