Oleh: Ustaz Dede Firmasyah
Oerban.com – Dalam perjalanan dakwah, terdapat sebuah metafora yang menggambarkan esensi perjuangan dan pengabdian kepada Islam: sebuah sumbu atau poros yang menjadi pusat perputaran segala aktivitas. Seperti halnya roda yang hanya bisa berputar dengan sumbu yang kuat, dakwah pun membutuhkan fondasi yang kokoh, yakni “poros pembinaan (tarbiyah)” atau nilai-nilai dasar yang mendasari perjuangan menegakkan Islam.
Kekuatan Sumbu dan Poros dalam Dakwah
Ketika sumbu dakwah kuat, ia tidak hanya memutar keseluruhan sistem, tetapi juga menyalurkan energi pada porosnya secara sistematis dan berirama. Dalam konteks dakwah, poros tersebut adalah integritas nilai, konsep yang jelas, serta strategi yang matang. Tanpa poros yang kokoh, usaha mendakwahkan Islam hanyalah angin lalu; bagaikan mesin tanpa oli, tidak akan mampu beroperasi secara maksimal.
Organisasi dan Pewarisan Nilai
Dakwah yang efektif tidak hanya mengandalkan semangat individual, melainkan juga organisasi yang mampu menyalurkan dan mewariskan nilai-nilai tersebut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di masa lalu, para dai dan aktivis dakwah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari represi hingga penindasan. Namun, mereka tetap bertahan karena keyakinan mendalam bahwa perjuangan ini adalah bagian dari sunnatullah. Keberhasilan mereka tidak lepas dari penguatan internal melalui pembinaan kader yang berkelanjutan dan semangat kebersamaan yang selalu diperbarui.
Pentingnya pewarisan nilai terlihat jelas ketika kita menelusuri perjalanan dakwah di lingkungan kampus maupun masyarakat. Di sana, pertemuan, diskusi, dan berbagai aktivitas rutin menjadi ladang pembinaan untuk melahirkan pemimpin yang tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga teguh dalam keimanan. Tanpa kesinambungan ini, kekuatan dakwah dapat luntur seiring waktu.
Tantangan dan Harapan dalam Perjuangan Dakwah
Di era modern, dakwah menghadapi dinamika baru. Ada tekanan dari arus perubahan zaman yang kadang mengaburkan tujuan utamanya, yaitu menegakkan nilai-nilai Islam berdasarkan Alquran dan Hadis. Di sisi lain, tantangan internal seperti lemahnya motivasi dan kurangnya pemahaman tentang esensi dakwah juga menjadi kendala.
Namun, dengan kesadaran yang terus dibangun melalui pendidikan dan penguatan nilai-nilai spiritual, kita dapat mempertahankan dan mengembangkan peran dakwah sebagai motor penggerak dalam membentuk masyarakat yang lebih baik.
Pengalaman masa lalu, di mana para aktivis rela berkorban dalam situasi penuh tekanan, memberikan inspirasi bagi generasi sekarang. Mereka telah membuktikan bahwa dakwah bukan sekadar aktivitas formal, melainkan perjuangan hidupyang memerlukan keberanian, keikhlasan, dan komitmen tinggi. Semangat itu harus terus dijaga; tidak hanya sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah, tetapi juga sebagai landasan meraih masa depan yang lebih baik.
Dakwah, sebagai gerakan yang menyatukan umat, harus berakar kuat pada poros nilai yang autentik dan strategi yang jelas. Seperti sumbu dalam roda, kekuatan dan keberlanjutannya bergantung pada fondasi yang kokoh dan semangat kebersamaan yang tak pernah padam. Hanya dengan mempertahankan nilai-nilai luhur ini, kita dapat terus menapaki jalan dakwah yang penuh tantangan, sekaligus menjanjikan keberkahan dan kemajuan bagi umat Islam.