email : [email protected]

25.4 C
Jambi City
Sabtu, April 27, 2024
- Advertisement -

Degradasi Moral Akademik Generasi Milenial. Salah Siapa?

Populer

“Jangan Pernah Merobohkan Pagar Tanpa Mengetahui Untuk Apa didirikan. Jangan Pernah Mengabaikan Tuntunan Kebaikan Tanpa mengetahui Keburukan yang Kamu Dapat”. “Moral Yang baik akan Tumbuh Ketika Kita sadar Bahwasanya Kita Masih Memiliki Kekurangan, Moral akademika Yang apik Akan Terpupuk Ketika Kita Sudah Menghargai dan Mematuhi Segala Aturan Dalam Dunia Pendidikan Sesuai Sesuai Pancasila”.

Era Moderen Ini, generasi milenial dituntut menjadi agen perubahan yang dimana merekalah yang akan menghantarkan Indonesia lebih maju. Generasi milenial ini yang akan di gadang-gadang sebagi generasi penerus tonggal kepemimpinan bangsa ini. Harapan-harapan bangsa ini akan di pegang teguh oleh pada generasi milenial yang memiliki jiwa nasionalisme berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.

Permasalahan di era modernisasi ini adalah krisis moral pada generasi milenial. Kalo di pikir, sangatlah lucu mengapa tidak? Tayangan-tayangan yang banyak di televise, YouTube, tiktok lebih banyak yang adegan yang menggerus nilai moral bangsanya sendiri. Tayangan-tayangan yang tidak senonoh akan mengubah moral akademika seseorang secara signifikan, tayangan bernuansa romansa telah keinginan batin dan daging pada kaum milenial.

Mirisnya, tontonan-tontonan tidak apik tersebut mengubah pola pikir generasi milenial dari berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan. Degradasi moral akademik telah merajalela, mulai lunturnya tata krama siswa hingga perilaku kecurangan akademik. Rentetan kasus panjang tersebut semakin menambah sejarah kelam dunia pendidikan. Hal tersebut menimbulkan satu pertanyaan besar. Siapa yang patut disalahkan?
Peristiwa-peristiwa tersebut menciptakan stigma buruk masyarakat terhadap dunia pendidikan. Pendidikan dianggap gagal mendidik dan mencetak siswanya menjadi insan yang mulia. Padahal, tenaga pendidik telah berupaya maksimal. Namun celakanya moral siswa memang telah tergerus dan terdoktrin oleh berbagai pengaruh buruk dari luar.
Lunturnya nilai kesopanan dan tata krama siswa terhadap gurunya telah menjadi permasalahan yang paling krusial saat ini, khususnya di Indonesia. Padahal guru merupakan figur yang patut dihormati dan dihargai. Namun, sering kita jumpai siswa cenderung kehilangan etika dan sopan santun di hadapan para gurunya. Contohnya melawan atau membantah gurunya ketika diberikan nasihat. Bahkan, tak jarang ditemui kasus pembullyan siswa terhadap gurunya.

Baca juga  Pengurus DPP PBM UNJA Adakan Rapat Koordinasi dengan Para Ketua DPF

Dengan dalih “hanya bercanda” siswa dengan mudahnya mempermalukan gurunya sendiri. Tak dapat dipungkiri jika terkadang guru dapat bertindak pula sebagai teman, namun itu tidak seharusnya menghilangkan rasa hormat siswa terhadap gurunya. Tetapi kenyataannya, semua itu bertolak belakang dengan realita yang ada.
Semboyan Tut Wuri Handayani yang getol dengan Ki Hajar Dewantara, seolah telah kehilangan kekuatan magisnya dalam paradigma pendidikan. Hal lain yang patut disorot adalah perilaku kecurangan akademik. Tentu saja hal tersebut bisa terjadi, pasalnya pendidikan saat ini telah ‘kehilangan jiwa’. ‘Kehilangan jiwa’ yang dimaksud adalah sistem pendidikan yang hanya menekankan hasil akhir. Maka tak heran jika siswa saling berlomba-lomba mengejar nilai sempurna meskipun dengan cara yang tidak wajar.

Plagiarisme di dunia pendidikan kini tengah membabi buta. Praktik-praktik kecurangan yang marak dilakukan misalnya adalah membawa catatan kecil saat ujian, menyontek teman ataupun menyalin hasil karya orang lain (plagiarisme). Oleh sebab itu tak asing mendengar istilah penyebaran kunci jawaban saat Ujian Nasional (UN). Mirisnya, fenomena orang tua yang rela ‘membeli’ nilai putra-putrinya agar menjadi rangking pertama sudah menjadi rahasia umum.

Jika dibayangkan, hanya karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, begitu keras kah usaha seseorang mendapatkannya walaupun dengan cara yang tidak benar? Memprihatinkan memang, tetapi hal ini akan menjadi suatu budaya buruk yang selalu dilakukan jika sistem pendidikan di Indonesia masih belum diluruskan. Tak hanya itu, pemikiran siswa yang hanya berorientasi terhadap nilai pun harus dibenahi.
Kecurangan-kecurangan akademik tersebut membuat siswa menjadi tidak bertanggung jawab, semakin malas, dan minder terhadap kemampuannya sendiri. karena mereka akan selalu berpikir dengan mengandalkan contekan dan uang, permasalahan dapat diatasi dengan gampang.

Baca juga  PBM Peduli Korban Kebakaran Mendahara Tengah, Lakukan Aksi Galang Dana di Depan Gerbang Kampus

Tetapi tidak sesepele itu, pemikiran tersebut berpotensi besar terhadap kualitasnya dan karakter anak-anak yang digadang-gadang sebagai penerus tonggak kepemimpinan bangsa. Entah hal apa yang telah merusak tatanan karakter generasi bangsa ini hingga krisis moral di dunia pendidikan semakin terdegradasi.

Krisis moral siswa seharusnya menjadi tamparan keras bagi para orang tua serta tenaga pendidik untuk lebih peduli tentang masalah ini. Diperlukan kontribusi dari berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan ini. orang tua sebagai pendidik di rumah, guru sebagai pengayom di sekolah, serta pemerintah untuk terus membenahi kurikulum yang ada.

Pendidikan karakter bangsa juga harus gencar dicanangkan agar dapat menata kompetensi moral siswa. Karena dengan moral dan perilaku yang apik, maka dapat menciptakan insan-insan luhur yang pantas menjadi penerus generasi bangsa di masa yang akan datang.

SUMBER :
Abidin, R. F., Pitoewas, B., & Adha, M. M. (2015). Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral Siswa (Doctoral dissertation, Lampung University).
Adam, Pramudya. 2009. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk Moral Bangsa Indonesia .Yogyakarta: Yrama Widya
Ananda, R. (2017). Implementasi nilai-nilai moral dan agama pada anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 19-31.
Damri, M. P., Putra, F. E., & Kom, M. I. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan. Prenada Media.

Penulis: Roberto Nainggolan  (Mahasiswa Universitas Jambi)

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru