Siak, Oerban.com – Akhir akhir ini sektor perkebunan yang menjadi primadona pertanian mulai tergeser seiring dengan harga jual produk yang cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut terlihat dari harga jual komoditas kelapa sawit dan karet yang susah untuk bergerak naik. Kondisi ini bisa terjadi karena mekanisme harga diserahkan ke pasar sehingga ketika stok melimpah harga akan cenderung turun dan juga ada pengaruh dari sentimen pasar Eropa untuk mengurangi impor CPO untuk melindungi hasil produk minyak nabati di negara anggotanya.
Pemerintah sebenarnya sudah mengeluarkan kebijakan – kebijakan untuk mengatasinya seperti penentuan harga produk kelapa sawit bersama sama antara dinas perkebunan, perusahaan dan asosiasi petani sawit. Tapi pelaksanaan dilapangan tidak terlalu berjalan dengan baik sehingga masih terjadi pembelian dari petani dibawah harga yang telah disepakati bersama.
Kondisi tersebut yang membuat beberapa kelompok petani di kabupaten Siak berani mengkonversi lahan perkebunan menjadi lahan pertanian tanaman pangan maupun hortikultura. Mereka beralasan produk dari tanaman pangan maupun hortikultura jelas harganya dan masih tergolong stabil sehingga keuntungan masih mendapat keuntungan. Selain itu tidak perlu menunggu lama untuk menikmati hasilnya. Hal tersebut dibenarkan oleh pejabat dinas pertanian Kabupaten Siak Budiman, SP yaitu sudah ada permintaan peminjaman alat berat berupa excavator untuk mengkonversi lahan kelapa sawit sekitar 50 Ha.
Masih menurut Budiman, SP bahwa didinasnya mempunyai sapras excavator yang dikelola oleh suatu brigade yang tugasnya membantu petani dalam membuka lahan pertanian. Dan kini petani sudah mulai faham akan analisa ekonomi untung rugi suatu produk sehingga berani memutuskan untuk beralih ke komoditas lainnya. Hal tersebut dikatakan Budiman saat berdiskusi dengan tim tematik BPP Jambi disela-sela pelatihan tematik beberapa waktu yang lalu. (TIM)