Oleh : Muhaimin*
Oerban.com — Di tengah dunia yang hiruk-pikuk, di mana keberhasilan kerap diukur dengan pencapaian lahiriah, kita sering lupa bahwa hakikat kemuliaan sejati terletak pada satu kata sederhana, yaitu istiqomah.
Ustad Abdul Somad pernah menyampaikan bahwa “Istiqomah itu lebih baik dari seribu karomah”. Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali yang sering dikaji di berbagai majelis ilmu, dijelaskan bahwa karomah bukanlah jaminan keselamatan.
Banyak orang memiliki kelebihan spiritual, namun tidak sedikit yang akhirnya tergelincir pada kesombongan dan su’ul khatimah. Sebaliknya, istiqomah meski tampak sederhana dan tidak mencolok justru menjadi jalan yang menuntun pada derajat para wali Allah.
Bagi kita yang bukan ulama besar, bukan pula keturunan darah biru ulama, jalan ini bukan mustahil. Justru ketika kita mendapatkan ilmu dari guru, murabbi, dan majelis tarbiyah, kemudian mengamalkannya secara konsisten, itulah bentuk kemuliaan sejati.
Istiqomah tak perlu ditunjukkan dengan sorban, jubah, atau simbol kealiman yang kasat mata. Cukuplah kita rajin berjamaah, rutin tilawah, menjaga akhlak, bersedekah, dan berusaha memperbaiki diri secara terus-menerus.
Lingkaran tarbiyah menjadi sarana penting untuk “shakhsiyah Islamiyah” membentuk pribadi Islam seutuhnya.
Maka, memahami Islam pun tidak boleh parsial. Islam bukan sekadar ibadah mahdhah, tapi juga mencakup muamalah, ekonomi, politik, bahkan persoalan sosial dan keluarga.
Ibarat orang buta yang menggambarkan gajah hanya dari bagian tubuh yang disentuhnya, memahami Islam secara sepotong-sepotong akan menghasilkan persepsi yang kabur.
Langkah dakwah pun bertahap. Dari pembinaan diri (islah syakhshiyah), pembentukan keluarga sakinah yang satu fikrah, hingga pembinaan masyarakat dan perjuangan pada level negara.
Tujuannya bukan makar, melainkan membangun peradaban yang berkeadilan. Melalui jalur politik, hukum, pendidikan, dan ekonomi, umat Islam bisa kembali menjadi rahmat bagi semesta.
Tahapan akhir dari cita-cita ini adalah hadirnya kembali khilafah Islamiyah, sebagai bentuk tertinggi dari peradaban Islam yang adil dan makmur.
Keyakinan akan kejayaan Islam harus seteguh keyakinan kita bahwa matahari akan terbit esok hari. Begitulah semangat para mujahid di Palestina dan negeri-negeri tertindas lainnya.
Ujian mereka lebih berat, tapi istiqomah mereka menjadi lentera yang menerangi jalan kemenangan.
Kita yang hidup dalam kenyamanan Indonesia, tidak sedang diminta berperang, tapi diminta untuk tetap istiqomah dalam kebaikan, menyebarkan dakwah, dan membangun masyarakat dengan nilai-nilai Islam.
Inilah jalan yang telah ditempuh oleh para pejuang dakwah terdahulu, dan kini menjadi estafet perjuangan kita.
Karena sejatinya, kemenangan Islam bukan tentang siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling istiqomah.
*Penulis merupakan Aktivis KAMMI